Welcome to Nur Fadlan Blog

Kamis, 12 Agustus 2010

Semarak Ramadhan di Bumi Para Nabi



Nur Fadlan


Ramadhan di Mesir disambut dengan dahsyat. Kalau baginda Nabi Muhamad pernah menyampaikan dalam sunnahnya akan keutamaan bulan suci Ramadhan yang begitu luar biasa. Bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan dimana semua pintu rahmah dibuka bagi para hamba yang benar-benar memahami Ramadhan dan melakukan amal saleh.

Di bulan ini pula, beberapa ayat al-Qur'an menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan bagi mereka yang dapat kemenangan. Di Mesir, bulan ini mendapat sambutan yang sangat luar biasa, lampu-lampu khas Mesir dipasang di jalan-jalan guna menyambut bulan yang agung. Masjid-masjid dan beberapa tempat umum lainnya mulai dibersihkan pertanda kebahagiaan karena menyambut bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Sedikit berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Indonesia lebih semarak dalam menyambut 1 Syawal dari pada menyambut bulan Ramadhan. Mungkin karena, budaya yang turun-temurun dari sang pendahulu karena masih menjadikan simbol 1 Syawal sebagai bulan kemenangan.

Kalau kita kilas balik ke masa para sahabat, mereka akan sangat riang gembira karena telah sampai pada bulan Ramadhan. Dan mereka mengucapkan syukur yang tiada tara kepada Allah karena telah sampai dan masih diberi kesempatan untuk memanen rahmah, ampunan serta cinta kasih dari Allah. Sedangkan ketika Ramadhan berlalu, para sahabat bersedih dan selalu berdo'a agar bisa merasakan Ramadhan tahun berikutnya.

Di Mesir, bulan Ramadhan memiliki signifikansi yang sangat luar biasa. Bulan Ramadhan bisa dikatakan icon dalam menyatukan masyarakat dan menanamkan kepercayaan tinggi pada masyarakat Mesir. Ramadhan dikatakan sebagai 'menyatukan masyarakat Mesir' karena, Mesir memiliki budaya yang sedikit berbeda dengan budaya di Indonesia. Di Indonesia masyarakatnya membudayakan saling silaturrahmi dan saling jenguk antara rumah ke rumah yang lain. Hal ini, tidak terdapat di Mesir. Masyarakat Mesir tidak membudayakan berkunjung ke rumah tetangga jika memang tidak ada perlu yang harus diselesaikan. Masyarakat Mesir hanya berkunjung di famili-famili terdekat dan tidak membiasakan berkunjung ke rumah-rumah tetangganya, bahkan oleh masyarakat Mesir berkunjung ke rumah-rumah yang bukan famili dekat atau tidak ada perlu yang mendesak adalah aib.

Di bulan Ramadhan, seperti ada solusi untuk menutup interaksi kultur seperti interaksi di Indonesia. Masyarakat Mesir di bulan Ramadhan membudayakan iftar bareng di masjid-masid walaupun hanya dengan beberapa kurma. Setelah mengisi perut dengan beberapa biji kurma mereka menjalankan shalat Magrib dengan berjama'ah. Bahkan mereka membiasakan makan besar secara bersama-sama setelah melakukan ibadah shalat Magrib. Akan tetapi kadang-kadang ada beberapa masjid yang tidak ada makan besarnya, meski demikian, mereka tetap berbondong-bondong ke masjid guna melakukan ibadah Shalat Isya', Tarawih dan Witir. Ini adalah bentuk dari interaksi sekaligus silaturrahmi kultur masyarakat Mesir yang mencegah dari paham individualisme.

Yang kedua, Ramadhan adalah icon 'kepercayaan tinggi bagi masyarakat Mesir'. Di sini, peristiwa sejarah Mesir banyak yang terjadi pada bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah ini, ternyata ikut serta tercatat dalam dokumen kenegaraan Mesir karena bulan ini, peristiwa-peristiwa besar Mesir pernah terjadi. Diantaranya kemenangan Mesir dalam perang melawan pasukan-pasukan dari luar yang ingin merampas teritorial kekuasaan Mesir.

Dengan demikian, bulan Ramadhan di Mesir, senantiasa dirayakan dengan semarak. Memang, di Mesir masyarakat muslim mayoritas. Akan tetapa antara beda pemeluk agama saling hormat dan menghormati. Demikian halnya di bulan Ramadhan, masyarakat muslim Mesir merayakam dengan begitu semarak dan mendapat penghormatan yang baik dari masyarakat Kristen Kipti atau kepercayaan lain yang ada di Mesir. Sehingga tidak ada rasa benci oleh masyarakat non muslim Mesir karena datangnya bulan Ramadhan, sehingga masyarakat muslim pun bisa merayakan bulan Ramadhan dengan semarak.

Fenomena yang sangat indah lagi saat bulan Ramadhan adalah, budaya membawa dan membaca al-Qur'an masyarakat Mesir. Lantunan suara indah yang melafalkan kalimah Illahi bisa kita dengarkan dimana saja. Mulai dari di masjid-masjid, halte-halte bus, pasar, tempat-tempat wisata dan lain sebagainya. Benar-benar seperti hidup dalam Kalam Tuhan, yang selalu memberikan garis-garis hidup untuk para pembaca dan pendengarnya. Mesir di saat bulan Ramadhan benar-benar seperti hidup dalam Kosmologi Firman Tuhan. Dimana-mana ada orang melantunkan ayat-ayat suci yang merupakan petunjuk hidup hamba-Nya.

Mesir adalah saksi bisu penikmat bulan Ramadhan selama ratusan tahun. Dari saat pemilihan ketika Mesir memilih untuk bergabung dalam pengawasan dan tuntunan pemerintahan Islam, yang dibuka pertamanya oleh panglima Amru bin Ash, ketika Mesir dibawa pada pintu Mesir modern oleh Muhamad Ali Pasha hingga sekarang. Mesir adalah bumi tua dan masyarakatnya pernah menikmati bulan Ramadhan dalam waktu yang lama pula. Mesir menjadi salah satu saksi bahwa Ramadhan adalah bulan pembawa berkah bagi tanah air dan masyarakatnya. Sehingga oleh masyarakat Mesir, senantiasa merayakan bulan ini dengan semarak. Allahua'lam. []




Kairo, 7 Agustus 2010

0 komentar:

Posting Komentar