Welcome to Nur Fadlan Blog

Kamis, 12 Agustus 2010

Coretan Tentang SEMA



Nur Fadlan



Sebagian kelompok menganggap SEMA hanya sebagai organisasi rendahan yang hanya memiliki kontribusi kecil dalan blantika dinamika Masisir. Ada juga yang tidak puas dengan beberapa agenda dan program kerja SEMA yang terkesan kamuflase dan tidak mengena. Agenda dan program kerja SEMA dianggap rendahan dan tidak memiliki kontribusi yang signifikan dalam mendewasakan intelektual secara progresif dan kritis.

Sehingga keberadaan SEMA terkesan termarjinalkan dalam dinamika intelektual Masisir. SEMA diletakkan dibawah organisasi atau study club lainnya, karena SEMA tidak dianggap sebagai organisasi elit. Masisir lebih bangga aktif di organisasi-oganisasi kekeluargaan dari pada aktif di SEMA. Menjadi anggota Lakpesdam, Mizan Study Club, Pakeis, Ar-Risalah terasa lebih bergengsi dari pada aktif di SEMA.

Sekarang ini, saatnya SEMA menunjukkan kepada semua Masisir; bahwa SEMA mampu ber-rekonstruksi untuk mengisi kontribusi intelektual yang lebih luas dan mendalam kepada semua Masisir. Momen yang sangat tepat untuk merubah dan membentuk konsepsi besar bagi SEMA belum terlambat, reorganisasi dan semangat baru tentunya harus ada dalam jiwa SEMA saat ini, karena pucuk eksekutor SEMA sedang mengalami pergantian dan harapan kita semua SEMA memiliki semangat baru untuk merubah citra yang dulunya SEMA hanya dianggap sebagai organisasi pupuk bawang menjadi organisasi elit dan pusat intelektual Masisir.

Kajian secara mendalam tentang hukum Islam, mulai dari pembacaan klasik sampai kontemporer harus selalu ada dalam jiwa SEMA FSI. Kajian komprehenshif tentang Filsafat, Tafsir, Hadist, Aqidah seharusnya bisa ditemui Masisir di SEMA FU. Kajian terhadap dinamisasi dari novel, puisi dan gramatikal Bahasa Arab seharusnya selalu dihadirkan dalam diskusi-diskusi SEMA FBA. Kajian hukum perdata dan konstitusi internasional harusnya bisa ditemui di kajian-kajian SEMA FSQ. Kajian-kajian Islamic Studies harusnya secara mudah didapatkan di SEMA FDI.

Akan tetapi, Masisir lebih tertarik bergabung dengan kajian-kajian selain SEMA. Ada apa dengan SEMA sebenarnya?

Pada dasarnya, SEMA adalah organisasi yang memiliki cakupan luas untuk mengembangkan intelektual dan kecakapan Masisir. Atas nama SEMA bisa dilakukan kegiatan yang memiliki kualitas tinggi guna membangun intelektual Masisir supaya lebih berkembang. Dengan SEMA bisa dilakukan kegiatan-kegiatan besar yang bekerja sama dengan studi-studi club mahasiswa selain Indonesia. Misalnya; SEMA bekerja sama degan mahasiswa Turki yang konsen dengan Tafsir An-Nur karya Badi'uz Zaman Said Nursi. Tentunya tidak hanya sekali dalah melakukan program penguasaan keilmuan secara mendalam. Hendaknya antara kawan-kawan SEMA bekerja sama dengan kawan-kawan dari Turki untuk membuat silabus intelektual yang dikaji dan ditulis secara reguler guna menelurkan jurnal-jurnal untuk memperbanyak bentuk karya kajian keislaman. Dengan seperti ini, maka SEMA tidak terkesan hanya melakukan kegiatan-kegiatan nebeng yang hanya berkontribusi sebagai kepanitiaan saja. Saatnya SEMA bangkit dan merubah standar minial program kegiatan, supaya tidak ada lagi opini bahwa SEMA hanya organisasi rendahan.

Tentunya, steak holder dan jajaran pengurus dalam SEMA memiliki peranan yang signifikan dalam menentukan pengembangan intelektual dan kecakapan akademis Masisir. Dari sini, SEMA selama ini hanya terisi oleh kawan-kawan baru yang sifatnya masih beradaptasi dengan bahasa dan budaya intelektual sudah harus berbenturan dengan beberapa hal teknis rumit yang seharusnya dilakukan oleh kawan-kawan yang sudah mapan dengan adaptasi. Ini penyebab inti dari kenapa para pengurus SEMA kurang bisa begitu membawa SEMA pada level intelektual yang memadahi.

Ketua SEMA memiliki peranan penting untuk menentukan jajaran pengurusnya demi kekompakan kerja dan maksimalisasi dalam menjalankan program kerja. Sangat disayangkan jika SEMA dipimpin oleh kawan-kawan yang masih adaptasi dalam identifikasi lokus intelektual. Harusnya SEMA dipimpin oleh kawan-kawan yang sudah tahu banyak minimal memiliki silabus program yang jelas dalam menjalankan program kerja yang bernuansa intelektual. Karena ketua adalah pusat perhatian dari jajaran pengurus dalam menggulirkan program kerja dan sebagai suplayer ide-ide segar yang seharusnya senantiasa selalu muncul jika dibutuhkan.

Tentunya dengan jajaran pengurus yag solid dan SDN yang memadai, SEMA akan mengidentifikasi bahwa psikis Masisir saat ini sedang sakit karena disorientasi, belum bisa memahami dan menyikapi secara proporsional antara tahassus dan hobi. Keduanya dipahami secara salah dan terkesan amburadul. Harusnya; sebagai mahasiswa kita memperdalam tahassus dan menekuni hobi. Jangan sampai salah dalam memahami dan menyikapi. Dengan pemahaman SEMA terhadap psikis Masisir, ada harapan yang besar, SEMA akan menjadi sumber inspirasi akan pentingnya keseimbangan antara tahassus dan hobi. SEMA menjadi fasilitator dalam menentukan kedewasaan intelektual Masisir. Sehingga dalam hal ini ketua dan jajaran pengurus sangat menentukan keberhasilan dan mengembalikan citra baik SEMA sebagai mana tujuan awal dari pembentukan SEMA itu sendiri.

Di samping itu, SEMA hendaknya menjadi pusat sterilisasi mahasiswa baru dari unsur politik yang merugikan. Kepentingan politik sangat mengikis idealisme mahasiswa, padahal mahasiswa dituntut idealis. Mahasiswa idealis adalah mahasiswa yang seimbang dalam menimbang, bukan mahasiswa yang mudah terdoktrin partai politik karena janji politik yang seksi. Biarkan anak-anak baru konsen pada intelektual, jangan racuni dan jebak mereka dengan kepentingan politik. Keselamatan anak baru kami amanahkan pula pada SEMA. []



Kairo, 5 Agustus 2010


0 komentar:

Posting Komentar