Welcome to Nur Fadlan Blog

Senin, 30 November 2009

Resensi The Vital Center


Nur Fadlan


Dalam bernegara tentunya kita tidak bisa terlepas dari dunia perpolitikan. Ilmu tatanegara banyak meyinggung masalah perpolitikan baik yang berskala nasional maupun internasional. Sebagai seorang konseptor tatanan suatu bangsa tentunya harus tahu banyak tentang perjalanan politik dan konsep-konsep yang berkaitan dengannya.


Telah hadir di tengah-tengah kita, buku panduan terpadu yang mempu memberi pandangan baru tentang menagemen organisasi dan politik. Buku ini ditulis oleh Arthur M. Schlesinger, Jr. dengan menggunakan bahasa Inggris. Buku ini memperoleh perhatian besar dari kelompok birokrat dan konseptor tatanan suatu organisasi.


Sukses besar buku ini tampak dalam penyebarannya ke seluruh penjuru dunia. Bukti konkrit dari sukses ini adalah; buku ini diterbitkan oleh TA (Transaction Publishers) baik yang berada di New Brunswick (U.S.A) ataupun di London (U.K.). Di samping itu, buku ini ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan bisa di pahami oleh kaum politisi dan akademisi seluruh dunia.


Buku yang mempunyai 274 halaman ini mempunyai pesang yang sangat luar biasa dalam aplikasinya kesebuah negara. Buku ini berisi 11 bab inti yang disusun secara urut baik dari pendekatan pandangan penulis maupun dari pendekaatan sejarah. Adapun garis besar dari isi buku ini adalah; bab pertama dan kedua menjelaskan tentang kematihan atau keterbelakangan dari politik suatu bangsa akibat imperialisme dan kolonialisme. Mereka mengekang pemikiran yang menuju pada deklarasi kemerdekaan. Buku ini menjelaskan dengan sangat gamblang mengenai fase itu. Di samping itu, buku ini juga mengambil beberapa sampel dari negara-negara yang terjajah oleh kaum Imperialis.


Bab berikutnya, memaparkan tentang oposisi dalam sebuah negara. Buku ini menganggap oposisi menempati urutang yang sangat penting. Keberadaan oposisi dari partai yang kalah akan terus mengaudit atau melakukan evaluasi tanpa batas kepada pemerintah.


Di samping menjelaskan pentingnya kedudukan oposisi dalam suatu bentuk pemerintahan buku ini juga menyebutkan tentang oposisi mati. Yang dimaksud dengan oposisi mati adalah tidak diberlakukannya badan oposisi pemerintah pada negara-negara komunis.


Bab ke empat, buku ini menjelaskan tentang tantangan global dunia. Sebenarnya, di bab ini idealisme penulis mulai tampak. Dia membenarkan secara sepihak faham Kapitalisme yang diusung Adam Smith (bapak kapitalisme). Penulis buku ini menganggap paham inilah yang dianggap mampu menjawab tantangan global.


Di dalam bab berikutnya, penulis memapakkan keadaan Rusia. Dia menganggap ideologi Karl Max telah gagal dalam implementasinya ke dalam sebuah negara. Adapun bukti yang dia ketengahkan adalah Rusia yang pernah menjadi Uni Soviet telah pecah berkeping-keping akibat kebijakan Politik Sosialis.


Bab ke enam mengerucut kesebuah prahara. Kaum komunis menentang Amerika dengan sebab utama perbedaan ideologi. Penulis buku ini memaparkan bagaimana bentuk perang dingin yang berlangsung sangat lama hingga runtuhnya Soviet.


Dalam bab tujuh dan delapan, menjelaskan tentang kaum radikal Amerika yang bersikukuh mempertahankan ideologi Kapitalisme. Di sini penulis memaparkan dengan sangat jelas mengenai keadaan kelompok radikal ini. Dia menjelaskan tentang kelompok ini mulai dari proses terbentuknya, masalah-masalah yang dihadapi hingga pemulihan atau kebangkitan kaum ini. Data yang dipaparkan penulis sangat lengkap sehingga saya secara pribadi, bab tujuh dan delapan merupakan kelebihan dari buku ini.


Bab ke sepuluh dan sebelas memaparkan tentang kemerdekaan memilih ideologi. Seperti yang kita tahu perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur ikut serta dalam mempengarui keadaan ideologi sebuah negara.


Masing-masing dari Blok berusaha keras untuk menarik simpatisan dengan tujuan inti menyamakan ideologi dalam nadi pemerintahan. Buku ini menjelaskan sekilas mengenai perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam bab ini menurut saya ada pandangan subyektif terhadap beberapa fakta sejarah di dunia. Ada beberapa fakta yang berkaitan dengan peristiwa tersebut tapi tidak di muat.


KAA (Konferensi Asia Afrika) yang menurut saya adalah sebuah bentuk kelompok negara-negara tertindas belum disebutkan. Penulis buku ini hanya menceritakan panjang lebar tentang sekutu barat dan sekutu timur. Padahal menurut hemat saya KAA mencoba menjadi mediasi lain untuk tidak campur tangan dalam pergolakan ideologi itu.


Bab terakhir dari buku ini menjelaskaan tentang sebuah kesimpulang yang ditawarkan kepada kita semua. Pandangan penulis tentang kesimpulan ini adalah; kemerdekaan ideologi: adalah sebuah kesadaran berperang.


Kesimpulan itu bisa kita abstaksikan berupa kebebasan untuk memilih ideologi suatu bangsa dengan berperang. Berperang di sini memiliki arti perang diplomasi tidak harus fisik.


Secara pribadi saya menilai buku ini sangat bagus, tapi tetap dalam catatan. Kita selaku akademisi bisa membaca berbagai literatur kenegaraan tapi harus kita ingat, Indonesia mempunya ideologi sendiri. Buku ini bisa dibaca tapi tetap dalam koridor sebagai pembanding atau hazanah keilmuan saja.


Ideologi dalam buku ini mengusung pandangan Adam Smith tentang konsep Kapitalis. Sehingga tidak bisa kita jadikan acuan dalam penerapan kepada negara tercinta Indonesia. Indonesia berasaskan pada pancasila yang mempunyai pandangan sendiri tentang kenegaraan dan perpolitikan.


Konklusi yang saya tarik dari buku ini; buku ini mengusung faham kapitalis. Ideologi ini tidak bisa kita nerapkan dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Tentang konsumtor buku ini, sebaiknya mereka yang sedang duduk di kursi birokrasi negara. Di samping itu, sebagai kaum akademisi kita berhak mengetahui bagaimana sebenarnya faham kapitalisme. Sehingga kita juga boleh membacanya. []

0 komentar:

Posting Komentar