Menyoal Etika Arab
Judul : Al-‘Aql al-Akhlâqi al-‘Arabi; Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nudhum al-Qiyam fi Tsaqâfah al-Arabiyyah
Pengarang : Dr. Muhamad Abed al-Jabiri
Penerbit : Markaz Dirasah al-Wahdah al-‘Arabiyyah
Kota Terbit : Bairut
Tahun Terbit : 2001
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 640 halaman
Ukuran : 23 X 15 cm
Cover : Biasa
Tema : Filsafat Praksis
Resensator : Nur Fadlan
Filsafat Praksis atau aplikatif sebenarnya sudah pernah diusung oleh tokoh agamawan delapan belas abat yang lalu. Alexander of Aprodisy pernah mengintruksikan tentang filsafat Neo-Platonisme karena dianggap lebih praksis terhadap keadaan umat Kristen saat itu. Posisi praksis dalam Neo-Platonisme adalah karena filsafat ini menyakini adanya metafisika walaupun tidak mengesampingkan konsep-konsep fisika.
Sebenarnya Alexander of Aprodisy memiliki jarak yang lebih dekat dengan Aristo tapi dia lebih memilih perangkat-perangkat Plato yang menjelma menjadi Neo-Platonisme. Alexander of Aprodisy menganggap Plato sebagai tokoh filsafat yang mempercayai adanya alam idea (metafisika). Sehingga sebagai seorang Kristen Alexander tidak serta merta mengambil pandangannya dengan menutup mata, tapi dia memilih tipologi filsafat versi Plato yang dianggapnya lebih aplikatif.
Demikian halnya dengan pemikir Islam, mereka terus mencoba menelusuri celah-celah relevensi dan mencoba mencari trobosan baru untuk mencari bentuk yang diinginkan dan yang lebih sempurna. Seperti yang telah ada di masyarakat Arab pada kususnya dan umat Islam pada umumnya. Nalar Arab sangatlah menarik dalam menentukan paradigma kehidupan beragama, termasuk dalam beretika. Di sini Dr. Muhamad Abed al-Jabiri telah menuliskan proyek kritik atas nalar Arab yang salah satunya adalah tentang kritik nalar Arab; nalar etika Arab.
Buku Abed al-Jabiri yang berjudul al-‘Aql al-Akhlâqi al-‘Arabi; Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nudhum al-Qiyam fi Tsaqâfah al-Arabiyyah merupakan rentetan keempat dari proyek beliau tentang Kritik Nalar Arab (Naqd al-Aql al-Arabi).
Dalam buku ini Abed al-Jabiri membuat bangun rancang yang bisa kita klasifikasikan dalam dua susunan besar. Pertama beliau memaparkan tentang etika Arab Klasik dan yang kedua memaparkan tentang norma dalam budaya Arab. Dalam pembagiannya yang kedua, Abed al-Jabiri membagi lagi menjadi lima bab yang saling koherensi satu dengan yang lainnya.
Bab pertama Abed al-Jabiri memaparkan tentang pengaruh etika Persia terhadap perjalanan etika Arab Islami. Tidak bisa dipungkiri bahwa geneologi dari etika Arab itu mengalami pengaruh dari etika-etika bangsa lain. Menurut kaca mata Abed al-Jabiri etika Arab Islami disamping terakumulasi nilai-nilai lain juga terpengaruh oleh kepentingan politik. Hal ini sangat kentara sekali ketika kita menelisik dalam perjalanan penguasa Umawiyyah dan Abbasiyyah.
Etika Persia oleh penguasa Arab Islam kala itu dianggap memiliki beberapa nilai yang releven untuk perguliran roda pemerintahan saat itu. Bisa diilustrasikan bentuk akumulasi etika Arab dan etika Persia demi kepentingan politis dan meredam gerakan sparatis. Perlu diketahui bahwa dalam salah satu etika Persia mengajarkan doktrin ketaatan penuh terhadap kekaisaran. Tidak lupa untuk mendukung keautentikan data, Abed al-Jabiri juga menyertakan beberapa sampel tentang pernyataannya di atas. Adapun beberapa contoh yang beliau ketengahkan adalah sebagai mana berikut. Pertama, Ibn Muqofa’ (lahir 106 H) merupakan salah satu pioner penyebar faham ini di tengah-tengah Arab Islam yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengarui etika Arab Islam (h. 171). Kedua, al-Mawardi (wafat 450 H) yang telah mengislamisasikan konsep etika Persia dengan justifikasi teks-teks dasar agama Islam.
Dalam bab berikutnya Abed al-Jabiri juga memaparkan tentang etika Yunani yang ikut andil dalam mempengaruhi etika Arab Islami. Hal ini sering disebut al-Jabiri dengan istilah akhlâq as-sa’âdah(konsep kebahagiaan). Dalam pembangunan etika Arab Islami pengaruh etika Yunani sangat mewarnai metamorfosis dari etika Arab. Secara global, pengaruh etika Yunani menempati tiga bentuk kecenderungan. Pertama, kecenderungan medis. Dan sangat kentara sekali ketika etika ini mempengarui etika Arab Islam. Bisa kita lihat kepada para intelektual muslim saat itu yang tidak lain mengadopsi tipologi dari etika jenis ini. Misalnya; pemikiran etika al-Kindi, al-Razi, Tsabit bin Qatar, Ibn Haytsam dan Ibn Hazm. Sehingga mereka menarik konklusi bahwa kebahagiaan jasmani terletak pada kesehatan jasmani, sedangkan kebahagiaan jiwa dan sosial terletak pada jiwa dan etika (h. 291).
Kecenderungan yang kedua adalah kecenderungan filosofis. Etika Arab Islam meletakkan Plato dan Aristo sebegai rujukan primer dalam pendalaman filsafat. Tonjolan yang bisa ditangkap dari tulisan Abed al-Jabiri adalah kebahagiaan bisa dicapai oleh manusia yang memiliki pandangan rasional terhadap alam semesta ini. Pandangan Abed al-Jabiri tentang efek dari kecenderungan ini adalah; individu yang berkualitas akan membawa pada kebahagiaan manusia di atas norma-norma yang telah mereka sepakati. Sedangkan kecenderungan yang ketiga adalah kecenderungan eklektik. Maksudnya adalah kecenderungan nalar etis yang mengambil worldview Galinus, Plato dan Aristo (h. 421).
Dalam bab ketiga, Abed al-Jabiri menyertakan pula tentang pengaruh lain yang dianggap ikut serta dalam mempengarui etika Arab Islam. Bab ini dikususkan al-Jabiri dalam menjelaskan tentang konsep etikafana’ dalam tradisi sufistik. Nilai dasar dari etika ini adalah ‘nilai etika ketaatan mutlak kepada kaisar’. Pada dasarnya konsep ini adalah salah satu konsep yang telah diadopsi dari etika Persia (h. 487). Tiga perangkat yang mempengarui etika Arab Islami oleh Abed al-Jabiri dijelaskan secara lebih lengkap dalam buku al-‘Aql al-Akhlâqi al-‘Arabi; Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nudhum al-Qiyam fi Tsaqâfah al-Arabiyyah mengenai nalar etika Arab dan konsep-konsep yang ikut serta dalam membangun pertumbuahannya.
Di samping itu, Abed al-Jabiri juga tidak berhenti pada etika-etika yang mempengarui bangun rancang etika Arab Islam, beliau juga memapakkan tentang bab keempat tentang konsep murni etika Arab Islami. Abed al-Jabiri menganggap etika ini belum mengalami rekontruksi tapi senantiasa utuh sebagaimana masa Arab Jahiliyah. Dalam bab ini Abed al-Jabiri menjelaskan tentang konsep keperwiraan yang merupakan warisan asli dari Arab Jahili (h. 511). Bab terakhir Abed al-Jabiri membahas tentang etika Islam dengan simpulan-simpulan yang tidak jauh dengan paparan di atas.
Demikian resensi buku al-‘Aql al-Akhlâqi al-‘Arabi, tentunya paparan di atas adalah paparan global tentang substansi buku tersebut. []
0 komentar:
Posting Komentar