Welcome to Nur Fadlan Blog

Senin, 30 November 2009

Hizbullah Siapkan diri Lawan Israel




Nur Fadlan
(Peminat Kajian Timur Tengah)



Hizbullah mempersiapkan diri dari konflik baru yang muncul akibat ulah tidak bersahabat Israel. Pemerintah Benjamin Netanyahu memiliki kekawatiran yang tinggi atas serangan terhadap Libanon. Ada beberapa asumsi bahwa, serangan ini mungkin babak pertama dalam rentetan perang tahun ini sebelum serangan Israel atas Iran. Nuklir Iran menjadi kekawatiran tersendiri bagi Israel, hingga akhirnya penyerangan-penyerangan terhadap Iran terus dilancarkan. Indikasi berikutnya, Israel hendak meluncurkan serangan kepada Libanon, khususnya kelompok Hizbullah yang dianggap sebagai sekutu fanatik Iran.

Beberapa pekan lalu, pasukan Israel merebut sebuah kapal di Mediterania yang membawa hampir 400 ton roket dan senjata kecil. Apologi Israel atas tindakan perebutan kapal yang tidak milik mereka adalah kapal itu dianggap kapal pemuat senjata mematikan yang dikirim dari Irak kepada Hizbullah. Di samping itu juga, Hizbullah dianggap sebagai sekutu Iran yang memiliki cita-cita menghancurkan Israel secara serentak. Perdebatan tentang alasan Israel merebut kapal pembawa senjata itu menjadikan ketegangan tersendiri bagi kawasan Timur Tengah, khususnya Libanon. Melihat fenomena ini, Hizbullah memperkuat posisi pertahanan dan penjagaan yang lebih pada utara Sungai Litani.

Dikarenakan Hizbullah pernah kehilangan banyak bunker-bunker di selatan, sekarang ini mereka mempersiapkan strategi baru untuk mempertahankan desa-desa di sana demi perebutan kembali hak mereka.

Dalam hal ini, Hizbullah bermain cantik dalam menyamarkan persenjataan yang direncanakan untuk memperkuat pertahanan. Komandan senior dan pasukan Hizbullah telah bekerja keras untuk menyamarkan persenjataan supaya tidak terendus oleh hidung gila Israel. Skala-skala besar persenjataan terus diusahakan Hizbullah supaya lepas dari rampasan Israel. Dalam salah satu penuturan komandan Hizbullah bahwa saat ini Hizbullah memiliki lebih banyak jumlah roket dan rudal dari yang Hizbullah keluarkan saat perang pada tahun 2006. terlepas dari standar ganda penilaian dalam strategi pertahanan, Hizbullah menggertak Israel dengan kesiapan persenjataan yang lebih baik secara kuwalitas dan kuwantitas.

Dalam perang 2006, antara Hizbullah dan Israel disebabkan karena operasi dan penculikan atas dua tentara Israel yang tidak senonoh, hingga akhirnya aksi ini dianggap Israel sebagai tantangan. Hingga akhirnya, memicu respon Israel besar-besaran dan melangsungkan aksi perang selama 34 hari. Perang ini menewaskan lebih dari 1.000 orang. Kemungkinan besar perang seperti ini atau bahkan yang menewaskan korban lebih banyak akan terjadi kembali antara Hizbullah dan Israel dalam waktu yang dekat, melihak aksi-aksi Israel yang kurang dewasa dan tidak senonoh.

Dalam penuturan salah satu komandan Hizbullah untuk membakar semangat perang melawan Israel, "Kami harus meledakkan atau meninggalkan beberapa bunker dan merubah strategi perang, kita tidak ciut hati meskipun beberapa bunker kami tidak kami kuasai lagi dan perlu diketahui bahwa kami masih mempunyai banyak kemampuan di selatan. Kami berharap orang-orang Israel datang dengan segera, jika tidak datang di musim dingin ini, maka mereka kami perkirakan akan menunggu sampai musim semi. Mereka memilih musim itu dikarenakan supaya keadaan tanah tidak terlalu lembek dalam memdukung perjalanan tank mereka" tuturnya dengan tegas.

Di lain sisi, ada kelompok yang mengharapkan gencatan senjata Hizbullah-Israel akan menetralisir upaya-upaya militer di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Dalam hal ini, tentunya statemen ini diamini oleh kelompok yang yeng berselimut dalam pasukan penjaga perdamaian PBB. Tidak hanya penjaga pertahanan PBB, tentara Libanon pun membenarkan supaya Hizbullah tidak mengambil jalan aksi. Sebaliknya, berdasarkan lusinan wawancara dan beberapa perjalanan ke selatan negara itu, jelas bahwa Hizbullah percaya akan ada serangan membabi buta dari Israel. Oleh karenanya siap siaga adalah langkah terbaik dalam mempersiapkan pertempuran itu. Hizbullah telah mengetahui aroma tidak bersahabat yaitu, Israel memaksa memasuki wilayah-wilayah perbatasan masyarakat Syiah desa.

Andrew Exum, ahli militer Hizbullah di Pusat Keamanan Amerika Baru menjelaskan, "Sudah jelas bahwa Hizbullah tidak lagi mengontrol perbatasan, karena kehadiran pasukan UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon)". Mereka tampaknya mempertahankan posisi mereka pada desa-desa untuk putaran pertahanan berikutnya melawan Israel, sambil mendorong posisi mereka tetap berada di utara menjauh dari UNIFIL. Upaya ini hanya untuk melindungi daerah Beirut dan Lembah Bekaa.

Israel dan Amerika Serikat telah lama menganggap bahwa setiap aksi militer terhadap program nuklir Iran akan menarik tangan sekutunya, yaitu Hizbullah. Menurut militer Israel dan analis intelijen, setiap gerakan terhadap Iran akan memerlukan langkah lanjutan. Titik tolak kesuksesannya adalah kemampuan Hizbullah untuk meredam aksi Israel utara yang semakin menggila.

Atmosfer semakin memanas. Dalam hal ini, Tel Aviv tampaknya tidak mungkin untuk melakukan kesalahan yang sama, seperti pada tahun 2006. Ketika rencana itu adalah serangan udara untuk mengganggu dan membingungkan komandan militer Hizbullah. Akan tetapi upaya seperti itu, meminimalkan penggunaan pasukan darat. Sumber-sumber militer Israel mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan konflik baru. Begitulah Israel dalam memainkan strategi hegemonialnya.

Penyusuran Hizbullah melalui Wadi Hijau penghubung Libanon selatan dengan sungai Litani ke arah utara, komandan menjelaskan apa yang terjadi pada akhir perang terakhir. "Kami menendang tiga tank mereka pada hari pertama, ketika mereka mencoba masuk," jelasnya di desa al-Qantara. "Tapi setelah mereka memasuki wadi, kami tahu mereka akan ke sungai dan harus dihentikan. Jadi, kita dipanggil keluar semua pasukan khusus tim anti-tank di daerah. Dan mereka semua menyerbu wadi. kami akan mendirikan dan menunggu tank, menembakkan peluru mereka dan kemudian menarik kembali. Lalu mereka akan mundur satu kilometer atau lebih dan menyusuri wadi".

Menurut laporan militer Israel, setelah tank pertama dan terakhir terkena serangan roket dan ranjau. Serangan itu, membunuh komandan kompi dan 24 tank terperangkap di dalam sebuah lembah, dikelilingi dan ditembaki dengan mortir, roket serta ranjau. Sebelas tank hancur dan sisanya rusak sebagian dan Israel kehilangan sedikitnya 12 prajurit. Dari sini, tampak sekali bentuk rasa percaya diri dan kesiapan Hizbullah dalam melawan Israel yang semena-mena. Mereka sudah menyiapkan strategi dan persenjataan demi meredam upaya hegemonial Israel. []




Untuk Buletin Prestasi, rubrik Timur Tengah
Kairo, 10 November 2009

0 komentar:

Posting Komentar