Lakpesdam Telurkan Embrio Baru
Nur Fadlan
Lakpesdam 26 Oktober 2009 mengadakan seleksi anggota baru. Acara ini diselenggarakan di markas besar PCI-NU Mesir. Diskusi sambil menyaksikan tenggelamnya matahari ini, ternyata berlangsung cukup meriah. Adapun calon anggota baru Lakpesdam adalah rekan M. Nurul Ihsan, Fahmi F. Purnama, Ahmad Muhamad, Ahmad Subqi dan Kholis. Mereka membawakan tematik yang beragam dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tema besar, pertama tentang Fiqh, berikutnya tentang perpolitikan dan yang terakhir tentang teologi.
Saudara Nur Fadlan dalam diskusi itu, berperan sebagai moderator. Diskusi dibuka oleh moderator dan tanpa memberikan banyak pengantar kemudian langsung pada acara presentasi setiap pemakalah. Pemakalah pertama adalah saudara Kholis. Beliau, mencoba memaparkan tipologi pemikiran Madzhab Fiqih Empat, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Hambali. Pemetaan pemikiran pertama dilakukan saudara Kholis kepada Imam Hanafi. Imam yang hidup di Kuffah ini memiliki tipologi pemikiran tersendir seperti halnya imam-imam yang lain. Dalam hal ini, saudara Kholis mensintesakan bahwa pemikiran Imam Hanafi terpengarui oleh jarak tempat beliau tinggal dengan Mekah dan Madinah. Serta saat itu adalah berkembang biaknya multi pemikiran versi Khowarij dan Syi'ah. Di samping itu juga pemikiran Imam Hanafi terpengaruh oleh keadaan geografis yang berada jauh dengan kota-kota Hijaz, sehingga datangnya Hadist ke Kuffah menjadi implikasi kebutuhan dalam ijtihad.
Berikutnya, saudara Kholis juga membut semacam tipologi pemikiran Imam Malik. Pemikiran Imam Malik dianggap produk tradisionalis karena epistem pemikirannya selalu dita'asubkan pada pola pikir Madinah. Dalam hal ini, saudara Kholis menarik benang merah dari muara dua mega pemikiran Imam Hanafi dan Imam Maliki, yaitu Imam Syafi'i dianggap olehnya sebagai pemikir poros tengah. Dengan kata lain Imam Syafi'i berhasil mengkolaborasikan dua pemikiran Imam Hanafi dan Imam Malik. Setelah itu, sampai pada gilirannya Imam Hambali, yang mana oleh saudara Kholis tipologi pemikirannya adalah pemikiran pemurnian yang selalu mengacu pada Al-Qur'an, Hadist dan Atsar.
Presentator yang ke dua adalah saudara Subki. Beliau memaparkan tentang keadaan alam dalam paradigma teologis-filosofis. Tidak hanya berhenti pada penjelasan dari derivasi istilah tersebut. Saudara Subqi juga mengambil beberapa pendapat Imam Al-Ghozali, Ibnu Shina dan Farabi. Dalam penjelasannya, Ghozali dianggap menyerap pemikiran Ibnu Shina dan Farabi. Dalam tesinya saudara Subqi, akan mengalami kesusahan yang sangat luar biasa ketika pengkajian terhadap Ghozali tanpa memahami terlebih dahulu Ibnu Shina dan Farabi. Di samping itu, beliau juga memaparkan tentang konsep-konsep Naturalisme dan ranah praksisnya.
Kemudian yang ke tiga oleh saudara Fahmi Farid Purnama. Beliau memaparkan tentang sekte Khowarij. Sekte ini, dianggap sebagai sekte yang berkutat pada ranah teologi dan politik. Sebelum masuk pada yang lebih dalam, saudara Fahmi menyitir salah satu ungkapan Fokkow, "Kebebasan tidak akan terlepas dari kekuasaan". Dalam sore itu ternya pembahasan tentang Khawarij tidak hanya dalam tulisan saudara Fahmi Farid, ternyata tulisan saudara Ahmad Muhamad juga mendiskribsikan tentang Khowarij juga. Sehingga pembahasan tentang Khawarij sedikit lebih panjang dari pembahasan-pembahasan yang lainnya. Dikarenakan tema ini ditulis oleh dua calon anggota Lakpesdam.
Yang terakhir pembahasan tentang wilayatul faqih oleh saudara M. Nurul Ahsan. Pembahasan ini mengingatkan pada peradaban Mesopotamia dalam artian sama menariknya. Akan tetapi pembahasan tentang wilayatul faqih memiliki aura lebih hangat, sehingga pemaparan saudara Nurul Ihsan lumayan membuat para peserta diskusan terkesima. Pembahasan ini tentunya tidak akan bisa melepaskan Iran sebagai negeri yang memiliki banyak peradaban. Menurut saudara Nurul Ihsan, wilayatul faqih juga menggunakan sistem trias politika seperti halnya sitem politik yang dipakai oleh sistem tata negara modern.
Demikianlah sketsa global tentang penjaringan anggota baru Lakpesdam. Dalam hal ini, teman-teman anggota tetap Lakpesdam memberi beberapa masukan konstuktif demi kebaikan ke depan. Ada diantara diskusan yang memberi masukan bahwa tulisan makalah calon anggota Lakpesdam belum sampai pada level kritisme yang baik, tulisannya masih bersikap diskriptip yang dalam hal pengkajian kritis kurang begitu diperlukan. Ada juga diantara diskusan yang memberi masukan bahwa makalah yang ditulis oleh teman-teman calon anggota Lakpesdam masih bersifat potongan-potongan atau mozaik-mozaik yang penyambungnya belum begitu lewes dan tajam. Terkesan seperti potongan-potongan tulisan yang hanya memiliki satu ide pokok, oleh kerenya disarankan dalam penulisan berikutnya menggunakan rancang bangun yang baik dan menyempurnakannya dengan cerdas sehingga menjadi tulisan yang berbobot serta koheren.
Di samping masukan di atas, juga diantara diskusan ada yang menyarankan perihal proporsional tulisan tersebut kalau mau dianggap sebagai makalah ilmiah. Dalam hal ini, masih ada banyak kecacatan dalam penyusunan makalah seperti dalam hal pembuatan foot nota. Sehingga kalau dalam proporsional itu masih jauh bagaimana bisa sampai pada level progresif, adanya malah berhenti dan regresif.
Nur Fadlan
2 November 2009
Maaf mas telat, habis sakit...
0 komentar:
Posting Komentar