Welcome to Nur Fadlan Blog

Jumat, 28 Oktober 2011

Bencong Cairo

Nur Fadlan


Suatu hari, Saifuddin pulang dari Mesir ke sebuah kampung kecil yang bernama MulyoMekso. Desa MulyoMekso adalah desa yang di dalamnya banyak keaneragaman tradisi dan pemahaman.
Saifuddin adalah termasuk tokoh yang dipuja-puja terutama dalam sosial-agama di desa MulyaMekso.

Suatu ketika desa MulyoMekso ingin menyelenggarakan pemilihan kepala desa. Seperti layaknya tokoh-tokoh sebuah desa di belahan dunia mana pun, Saifuddin menjadi orang yang diperhitungkan pertimbangan politiknya.

Singkat cerita, panitia dan pendaftaran calon kepala desa dan wakil calon kepada desa kurang 1 hari dan belum ada yang mendaftarkan diri sebagai calon pemegang kebijakan di desa mendatang.

Tiba-tiba ada yang mencalonkan dengan suka rela dan disambut baik oleh panitia pendaftaran calon kepala dan wakil kepala desa awalnya. Akan tetapi hal ini menjadi masalah besar bagi Saifuddin karena Saifuddin yang notabenya sebagai lulusan terbaik di pasca sarjana Al-Azhar cukup takut ketika sang pemegang kebijakan adalah orang-orang yang jauh lebih matang psikisnya dari pada dirinya.

Akhirnya, Saifuddin memobilisasi massa seperti peternak bebek yang sedang menggiring bebek-bebeknya ke sebuah tempat yang dia inginkan.

Pesan Moral:
Kita do’akan semoga Saifuddin cepat sembuh, kalau terpaksa tidak sembuh kita kutuk ramai-ramai supaya menjadi patung di desa MulyoMekso dari pada mengorbankan institusi megah Al-Azhar. []

0 komentar:

Posting Komentar