Mencari Something
Nur Fadlan
Penat di kamar sendirian, teman-teman pada sibuk ngerusi anak-anak baru sehingga tidak ada ruang untuk merenggangkan dendrit-dendrit otak kiri yang terasa semakin mengencang. Sekedar bercanda dengan teman-teman dekat ternyata mampu menjadi solusi pelepas penat. Tapi hari ini beda, tidak ada yang bisa diajak dialog, nggak mungkin aku melakukan monolog karena sudah cukup tua sekedar untuk melakukan latihan pidato. Latian pidato sudah terbiasa sejak kelas 1 SD dan itu terasa sangat cukup karena bimbingan seorang tutor yang begitu ikhlas.
Hanya memandangi layar komputer dan mencoba merangkai kata. Beberapa kata sudah mulai terangkai dan terhenti karena ada suara panggilan handphone.
“Kita ke Thala’at Harb yuk!” Suara dari sebrang.
Saat lagi penat, ternyata ada yang mengajak untuk jalan-jalan di daerah Down Town. Kebetulan ada beberapa hal yang menjadi kebutuhan dan sifatnya mendesak.
Terlihat di area Down Town orang-orang borjuis yang memborong puluhan barang-barang kuwalitas impor yang berjalan mondar-mandir. Ada yang bersama keluarga mereka, ada juga muda-mudi yang memuja cinta serta ada juga pemerhati cinta yang hanya tersenyum ketika melihat lalu-lantang lautan manusia yang penuh cinta di Thala’at Harb Street.
Hanya memandangi pola hidup yang sangat mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, bukankah prioritas pada tujuan hidup itu lebih memuaskan. Tetap yakin bahwa tujuan itu pasti akan sampai.
Kairo, 22 Agustus 2010
Tahrir
0 komentar:
Posting Komentar