Welcome to Nur Fadlan Blog

Rabu, 16 Desember 2009

Garis Batas Sekarat




Nur Fadlan
(Pecinta Rekonsiliasi)


IKMARU adalah organisasi yang unik. Unik karena anggota yang memiliki keaneragaman latar belakang, jenjang studi dan format kegiatan tersendiri. Bisa dikatakan IKAMARU adalah kumpulan dari orang-orang yang memiliki rasa senasib sepenanggungan. Berada di negeri nan jauh. Bercanda, tertawa, saling membantu, makan bersama, bimbingan belajar, saling mengingatkan, diskusi, main bola dan yang tidak kalah pentingnya adalah gojlok-gojlokan semuanya bisa dijumpai dalam keseharian IKAMARU. Di samping sisi non formal di atas ternyata IKAMARU juga memiliki sisi formal yang berupa struktur kepengurusan, AD/ART, program kerja, target kegiatan dan cita-cita. Sunggung sangat aneh organisasi ini jika kita lihat dari jubahnya, seakan-akan mewadai sisi silaturrahmi, sisi intelektual, olah raga, seni dan lain sebagainya.

Dari yang sudah penulis diskripsikan di atas, tentunya IKAMARU tidak dalam keadaan stabil terus. Dalam artian organisasi tercinta ini, terkadang lesu untuk beberapa hari, minggu bahkan bulan oleh karenanya sebagai pengurus dan warga seharusnya menjadi satu PR besar untuk segera memulihkan stamina organisasi tercinta kita ini.

Barometer untuk bisa melihat dan mewacanakan organisasi abu-abu ini (organisasi berbau kekeluargaan iya, intelektual iya) hendaknya kita melihat perjalanan IKAMARU secara integral. Mungkin kita bisa melihat dan mengkomperasikan beberapa periode organisasi ini, sebatas untuk sampel sederhana. Periode 2006-2007, pengurus IKAMARU bersifat dan menempatkan dirinya sebagai abdi. Abdi untuk keorganisasian dan anggota. Sampel sederhana adalah ketika SPA. Sang ketua IKAMARU periode itu mengeluarkan tenaga dan pikiran dalam urusan teknis kepanitiaan. Idenifiksi masalah belum begitu jelas kenapa bisa terjadi hal yang seperti itu. Akan tetapi minimal penulis bisa menarik benang merah, betapa pengurus memiliki jiwa abdi terhadap keberlangsungan program panitia.

Periode 2007-2008 juga memiliki karekteristik yang hampir sama. Anggota seakan termanjakan oleh program-program yang sudah ditata dalam raker. Anggota cukup datang dalam acara tanpa terlibat kegiatan-kegiatan teknis. Periode 2008-2009 juga memiliki karekteristik yang sama dengan periode sebelumnya. Akan tetapi, sisi profesionalisme organisasi dan sadar akan job tersepakati masih pontang-panting. Kacau. Tentunya beberapa sampel di atas hanya mewakili dari permasalahan IKAMARU yang menurun. Seperti penyakit akut yang bertahun-tahun. Dan penulis kira semuanya sepakat untuk menarik simpul terang, yaitu keluar dari masalah ini. Dengan harapan organisasi tercinta semakin dinamis dan kompak.
Jangankan dinamis, kompak aja masih jauh dari harapan. Mungkin statemen ini cocok untuk mengilustrasikan keadaan IKAMARU sekarang. IKAMARU terkesan sepi. Tampak dari semua kegiatan yang telah digulirkan. Lenggang dari partisipasi anggota.

Keadaan IKAMARU sekarang, tentunya sangat memprihatinkan. Apakah dibutuhkan dalam tubuh IKAMARU reformat dan revolusi? Kalaupun iya, tentunya jalan itu adalah solusi terakhir. Kemudian kira-kira IKAMARU terjangkit penyakit apa? Hingga sadar untuk kumpul dalam even-even program kerja, anggota IKAMARU mengalami penurunan yang drastis. Apakah karena bosan dengan kegiatan yang monoton? Ataukah karena keadaan internal psikologi anggota?

Mungkin terlalu buru-buru penulis dalam mengambil konklusi. Akan tetapi kesadaran terhadap dinamisnya IKAMARU menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulis sebagai salah satu anggota. Beberapa gendala IKAMARU penulis kira bersumber dari multi faktor. Generalisasi global mungkin di dalam tubuh organisasi ini mempunyai kebudayaan yang kurang tepat diperuntukkan kepada IKAMARU saat ini. Pertama tentang senioritas culture. Terminologi ini, agak rancu dan lucu. Seakan bagi semua senior "generasi lebih dulu dari generasi pengurus" mempunyai keengganan dalam berguman dalam kegiatan IKAMARU. Ini penulis kira adalah manusiawi karena manusia diciptakan dengan komponen ego. Akan tetapi ego itu perlu kita manage, supaya IKAMARU tidak terputus sampai di sini dan tetap bisa berkelanjutan.

Yang kedua, pengurus periode ini diisi oleh teman-teman yang begitu muda. Tentunya standarisasi dari terma muda adalah pengurus terdiri dari teman-teman yang datangnya lebih baru sehingga senioritas culture masuk dalam rulung jiwa dan berkembang hingga organisasi dan program kerja menjadi korban.
Yang ketiga, Ketertutupan diri atas program kerja dari anggota akhirnya menyebar ke semua generasi. Hal ini diakibatkan, kekecewaan terhadap satu dua kegiatan yang kurang maksimal. Kekurangan ini tentunya diakibatkan oleh masalah berantai satu sama lain, akan tetapi yang paling menohok adalah sikap pemisahan diri secara tidak tertulis senior dan tidak senior.

Yang keempat, cuwek dan bosan terhadap kegiatan IKAMARU. Penyakit ini sebenarnya adalah akhir dari rentetan masalah sikologi dan ego di atas. Kalau memang IKAMARU dalam keadaan yang terlalu susah untuk disembuhkan, mungkin jalannya adalah reformat atau revolusi. Akan tetapi jalan ini penulis anggap sebagai jalan paling akhir dan kita harus tetap mencoba spekulasi-spekulasi yang lebih baik.
Kalau pun paragraf di atas ada sedikit harapan, itulah harapan untuk pembenahan IKAMARU. Sadar intropeksi tentunya menempati urutan terpenting dalam menyembuhkan penyakit IKAMARU yang turun-temurun ini. Mungkin berawal dari opini dan harapan penulis adalah dari opini menjadi sadar evalusi hingga pada tataran puncaknya yaitu aplikasi. Tentunya, tidak oleh dan dari siapa introspeksi ini dimulai dalam babak baru? Akan tetapi harus dimulai dari sekarang dari bagian paling kecil dan oleh kita, introspeksi organisasi dan personal. Setelah itu semua bisa terealisasi, maka saatnya kita sebagai anggota IKAMARU untuk rekonsiliasi global dari sisi organisasi dan personal.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai dan berbenah. Kalau memang belum ada kesiapan itu, tentunya kita hanya akan menikmati IKAMARU dalam degradesi kualitas dan kuwantitas. Atau kalau memang benar-benar tidak ingin terjastifikasi seperti itu, IKAMARU menunggu waktu untuk reformat atau revolusi. Sehingga langkah paling bijak adalah: kita benahi IKAMARU dengan koreksi dan introspeksi organisasi serta anggota hingga akhirnya terjadi bangkit bersama untuk rekonsiliasi bersama pula.


Kairo, 10 April 2009
Ditemani suara peri Yogyakarta. Kata indahnya, "Deras semangatmu mengalir dalam jiwaku, Hangat dan optimistik itu betul-betul merasuk dalam sanubariku".

0 komentar:

Posting Komentar