Welcome to Nur Fadlan Blog

Senin, 30 November 2009

Lawan dan Kawan Obama


Nur Fadlan


24 Oktober 2008

Barack Obama mendapat dukungan dari rakyak Amerika di samping juga mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Artis rap Jay-Z dan pebasket Cleveland Cavaliers LeBron James akan menjadi MC dalam kampanye calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Pada Rabu (29/10) mendatang Jay-Z dan James akan menjadi MC dalam kampanye di Quicken Loans Arena, Cleveland, Amerika Serikat. Jay-Z dan James bakal menganjurkan masyarakat Cleveland untuk menunaikan hak politik mereka dan memilih Obama.

Tidak hanya itu, mereka juga mendukung Barack Obama dengan menggelar konser gratis Jaz-Z. Ini adalah bentuk dukungan yang sangat luar biasa karena bentuk pagelaran musik adalah salah satu upaya cerdas untuk menjaring masa sebanyak-banyaknya. Bisa dikatakan bahwa pendukung Obama dalam hal ini tidak bisa dianggap remeh.

Menurut berbagai media masa termasuk Cleveland Metro, bentuk kampanye ini dianggap sangat luar biasa. Ajang kampanye tersebut terbuka untuk seluruh masyarakat di Ohio termasuk para pelajar. Yang lebih menarik lagi adalah dalam pagelaran itu meskipun gratis tapi para pengunjung yang hadir diharuskan memiliki tiket. Uniknya tiket tersebut hanya bisa didapatkan di markas tim kampanye Obama di Northeast Ohio mulai Jumat (14/10) petang waktu setempat. Setiap orang diberi jatah dua tiket.

Awal bulan ini, James menghadiri kampanye Obama di Cleveland untuk mendorong pemilih memilih Obama. Bisa dikatakan bahwa James menyerahkan dukungannya terhadap Obama sepenuhnya karena tampak dari pengorbanannya yang sanagt luar biasa baik yang bersifat materi maupun non-materi. Tampak pada James, dukungannya terhadap Obama dia menyumbangkan US$ 20.000 untuk sebuah komite yang mendukung pencalonan Obama.

Selain fenomena di atas kita bisa melihat berbagai pendapat tentang pencalonan Obama sebagai presiden. Salah satunya bisa kita lihat pada salah satu komentator politik Ron Jacobs, pemilu Amerika akan menjadi tonggak sejarah baru sistem politik di negeri itu. Pilihannya bukan lagi pada Partai Republik atau Partai Demokrat. Pilihannya bukan lagi pada John McCain atau Barack Obama. Tapi pilihannya adalah apakah Amerika Serikat akan mengakiri kredo MWPA?

Secara singkat MWPA adalah bentuk singkatan dari Male (laki-laki), White (Kulit Putih), Protestant (Beragama Protestan) dan Anglo-Saxon (berasal dari nenek moyang dari Eropa, khususnya Inggris). Hal ini bisa dilihat dari 42 Presiden Amerika Serikat sampai sekarang tidak pernah ada yang kulit hitam atau kuning. Belum ada wanita yang jadi presiden atau wakil presiden. Belum ada orang Amerika keturunan Afrika atau Asia yang duduk di Gedung Putih. Memang pernah ada John F. Kennedy yang beragama Katholik jadi Presiden, tapi kemudian dia ditembak di Dallas.

Di katakan dari salah satu lawan Obama adalah ketika Sarah Palin dalam beberapa orasinya sering menggembor-gemborkan masalah di atas dengan tujuan kepentingan politik. Dia sering bilang, "Sudah relakah bangsa Amerika Serikat dipimpin oleh orang yang bukan satu di antara kita".

Sebagian warga AS dengan tegas menyatakan tidak. Dalam alam bawah sadar bangsa AS, rasisme berurat berakar sepanjang sejarah berdirinya bangsa itu. Sampai saat ini di dalam alam pikiran jutaan rakyat AS, mereka belum bisa menerima dengan ikhlas seorang lelaki kulit hitam, bersama isteri dan anak-anaknya, bisa tinggal di sebuah gedung yang namanya saja jelas-jelas "White House" atau Gedung Putih. Komentar seorang warga dikampanye Palin, "Orang kulit hitam di Gedung Putih? It is not American dream, but American nightmare".

Di samping itu Kelompok sayap kanan mengumbar tudingan yang mengasosiasikan Obama dengan Osama bin Laden dan orang yang membenci Amerika. Mereka mengkampanyekan bahwa latar belakang multikultural Obama yang lahir dari ayah yang berasal dari Kenya dan masa kecil di Indonesia, sebagai bukan Amerika (Unamerican).

Tidak heran jika dalam kampanye Partai Republik, terutama kampanye Sarah Palin, muncul sentimen rasis terhadap Obama. Teriakan-teriakan "kill him" dan "terrorist" kerap terdengar dan mengumandang. Banyak yang khawatir Obama akan ditembak seperti halnya JFK, sehingga pengamanannya belakangan ini diperketat dan diperkuat.

Jika Obama memenangi Pemilu, maka bangsa AS memasuki babak baru. Obama akan mengakhiri dominasi politik kulit putih di Gedung Putih. Masuknya Obama di lingkaran utama arus besar kekuatan politik AS menjadi sesuatu yang bersejarah. Jika benar nanti Obama disumpah menjadi orang nomor satu di AS, maka nilai kesejarahan Obama bisa disandingkan dengan Abraham Lincoln yang mengakhiri perang saudara yang sangat berdarah dan sekaligus mengakhiri perbudakan di AS.

Obama di Gedung Putih membuktikan bahwa impian Amerika seperti dikemukakan tokoh kulit hitam Martin Luther King terwujud dan menjadi kenyataan. Marthin Luther King terkenal dengan pidato "I have a dream" yang membara pada 28 Agustus 1963. Pidato di depan makam Abraham Lincoln yang dihadiri 250.000 demontran kulit hitam itu menjadi salah satu pidato yang penuh inspirasi dan mengubah dunia, setidaknya AS. Dengan suara menggelegar, King di podium memegang mikrofon berujar, "Saya punya mimpi bahwa suatu hari bangsa ini akan bangkit dan hidup sesuai dengan kredonya bahwa setiap orang memiliki hak yang sama.

Di samping itu pernyataan di atas pesan puluan tahun yang lalu juga diangkat ke permukaan; Saya punya mimpi bahwa empat anak saya suatu saat akan hidup dalam sebuah negara di mana dia tidak lagi dilihat dari warna kulitnya, tapi dari sikap tindak perbuatannya. Saya punya mimpi bahwa suatu saat di bukit Georgia ini anak-anak para budak dan anak-anak pemilik budak akan bisa duduk bersama di meja persaudaraan. Inilah harapan kita. Saatnya kita mengakhiri ketidakadilan rasial dan menuju kepada persaudaraan yang kokoh. Kita harus mempercepat terwujudnya impian itu di mana seluruh anak-anak Tuhan: kulit hitam dan kulit putih, Yahudi dan Muslim, Protestan dan Khatolik, bisa bergandeng tangan dan bernyanyi seperti hymne spritual Negro: Bebas! Akhirnya Bebas!"

Pidato itu dikumandangkan lebih dari 40 tahun lalu. Jika Obama menang bulan depan dan masuk Gedung Putih, berarti diperlukan waktu empat dekade untuk mewujudkan impian itu.

Sebaliknya, jika McCain yang berjaya, pejuang-pejuang persamaan hak dan anti-rasisme masih memerlukan waktu untuk mewujudkan impian Marthin Luther King tersebut. Tapi, paling tidak, AS akan punya wanita pertama, Sarah Palin sebagai wakil presiden.[]


* * *

0 komentar:

Posting Komentar