Welcome to Nur Fadlan Blog

Selasa, 28 April 2009

Lentera Kita


LILIN

BAGI PELANCONG AZHAR


Nur Fadlan


Sebagai univearsitas tertua di dunia kini nama Al- Azhar semakin melambung di dunia. Telinga kita sangat sering mendengar tokoh godokan dari universitas ini berkancah diberbagai bidang baik di Negara kita sendiri atau dilevel internasional. Muhammad Abduh, Muhammad Ghozali, Yusuf Qordhawi tidak akan bisa lepas dari Al- Azhar. Mereka adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia Islam. Bahkan pernah dalam salah satu kabinet Republik Indonesia pernah disetir oleh orang- orang keluaran Al- Azhar. Misalnya Mentri agama Republik Indonesia pernah dijanbar oleh Bapak Quraish Sihab yang tidak lain adalah penyandang Doktor dari universitas tertua ini. Kiprahnya sangat menyumbang Negara Indonesia bahakan sampai sekarang beliau masih tetap pro aktif untuk tetap mengabdi untuk Agama, Nusa dan bangsa. K. H. Abdurrahman Wahid Hahid walaupun beliau belum sempat memperoleh gelar akademis dari Al- Azhar. Tetapi beliau pernah nyantri beberapa tahun di Universitas ini juga, Serta masih banyak lagi yang lainnya.

Secara pribadi penulis pernah mengamati lulusan Al- Azhar yang begitu banyak menyebar dimana- mana. Hingga timbul pertanyaan besar apakah semua lulusan dari universitas ini mampu menjaadi pioneer ketika berkancah di Indonesia khususnya di masyarakat nantinya?sudah barang tentu jawabanya adalah, tidak semua lulusan dari Al- Azhar mempunyai kematangan seperti yang diharapkan masyarakat pada umumnya, tetapi mereka akan membawa bekal yang bermacam- macam. Penulis secara pribadi pernah mendapat pesan dari salah satu guru (keluaran Al- Azhar) sebelum saya berangkat ke Mesir, beliau berpesan, "Jangan sampai salah strategi ketika awal- awal di Mesir". Beliau berpesan sangat singkat sekali, pada awalnya saya kurang begitu faham dengan apa yang di utarakan beliau.

Beda halnya setelah melihat fakta sendiri dilapangan perkataan beliau tersebut mulai terbukti tanpa harus lama- lama menjalani kehidupan di Mesir tetapi cuman mengamati khazanah yang dimiliki para mahasiswa yang lebih awal berada di Universitas tertua. Siapa yang punya siasat yang bagus maka dia akan berjalan lebih awal, di depan mereka yang tanpa program atau dengan kata lain asal- asalan. Fenomena ini menandakan seorang mahasiswa harus mempunyai kelengkapan yang komplik dalam mempersiapkan studi di negeri seribu menara. Kesuksesan mahasiswa tidak menutup kemungkinan akibat peranan penting dari orang tua dan pemerintah sangat menentukan. Belajar di Al- Azhar merupakan belajar lintas Negara oleh sebab itu pemerintah menempati posissi yang sangat signifikan dalam proses suksesnya mahasiswa di Mesir.

Di sisi lain orang tua juga menempati urutan yang sangat luar biasa dalam penentuan kesuksesan calon mahasiswa. Di samping dalam bentuk material juga dalam bentuk spiritual. Siapa lagi yang akan memberi dorongan serta motivasi kepada calon mahasiswa jika bukan dari orang tuanya. Apa lagi pada usia ini, calon mahasiswa sedang mengalami masa- masa yang sangat labil terutama ketika menghadapi permasalahan yang sangat komplek dan belum pernah dia temui sebelumnya. Pada masa- masa seperti ini mereka akan cepat putus asa kalau tidak ada multi suntikan dari orang tua. Jadi dorangan moril sangat berharga demi keberhasilan studi calon mahasiswa. Studi kasus ketika seorang anak sedang mengalami masa penungguan panjang pemberangkatan ke Mesir karena ketidak jelasan dari pihak terkait, kapan berangkatnya? Pastinya mereka sangat lelah, apa lagi semua kawan serta tetangganya mengetahui kalau dia akan berangkat ke Al- Azhar. Masyarakat pasti akan menanyai dengan satu model pertanyaan, "Berangkatnya kapan?". Di sinilah tampak jelas peranan orang tua untuk senantiasa membesarkan hati calon mahasiswa.

Hemat penulis pihak- pihak pendukung kesuksesan studi di Al- Azhar di samping calon mahasiswa sendiri adalah segala pihak yang berkaitan dengan masalah ini baik yang berkaitan dengan psikis maupun materil, dengan kata lain orang tua, pemerintah, serta dukungan masyarakat untuk membesarkan hati. Adapun beberapa gendala calon mahasiswa adalah sangat komplit mulai dari prosesnya hingga hari- hari yang harus dilaluinya.

Kendala utama adalah masalah kemahiran berbahasa. mahasiswa baru rata- rata sangat memprihatinkan kemampuan berbahasanya, akibat tes yang tidak jelas. Hasil tes yang seperti ini akan mengakibatkan efek yang sangat komplek baik ketika sebelum atau sesudah datang ke Cairo. Kenapa demikian?penulis memakai ungkaan sebelum dan setelah belajar di Al- Azhar dikarenakan seorang calon mahasiswa akan menganggap remeh bahasa arab. Penganggapan yang seperti ini dikarenakan ketika tes yang tidak lain adalah tes yang berskala nasional dia dapat masuk, padahal dia menyadari kalau kemampuan berbahasa calon mahasiswa ini sangat memprihatinkan. Permasalahan ini sangat memprihatinkan karena akan menjadiakn mental calon mahasiswa Al- Azhar ini malas belajar, malas untuk mengetahui lebih banyak sesuatu yang mendukung proses belajarnya karena dia merasa diri mereka sudah cukup mampu untuk belajar di Al- Azhar atau anggapan yang seperti ini, "kemampuan yang sangat terbatas saja mampu masuk dalam kancah nasional yaitu tes masuk mahasiswa Al- Azhar baik yang di lakukan oleh pihak depag (departemen agam) maupun pihak sifarah (duta beasar).

Disamping itu juga akan mengakibatkan mahasiswa ketika sudah berada di Al- Azhar. misal imtihan (ujian) yang cukup sulit dan standar lulusnya pun cukup tinggi, dalam hal ini akan mengakibatkan mahasiswa kesusahan dalam imtihan, sehingga pada waktu natijah (hasil ujian) turun mereka rosib (tidak naik tingkat). Ini adalah permasalahan setiap tahun mahasiswa Al- Azhar, Indonesia pada khususnya.

Apakah masalah seperti ini mahu dilestarikan atau segera akan di buang jauh- jauh. Dari pengalaman penulis secara pribadi pernah mendengar secara langsung dari Bapak DR. Muhlis Muhammad Hanafi dalam salah satu ceramahnya di Klender Jakarta Timur. Beliau menyatakan, "Segera akan dutertibkan permasalahan- permasalahan menjamur itu. Beliau juga sedikit menginformasikan mengenai corak mahasiswa Indonesia yang ada di Cairo. Beliau memaparkan kurang dari tiga ratus Mahasiswa yang sungguh- sungguh dalam menempuh studinya, padahal waktu itu di Cairo yang mengaku sebagai pelajar adalah sekitar empat ribu orang. Ini adalah akibat dari tidak bijaknya pihak birokrasi yang ada di Indonesia.

Sejarah mencatat beberapa tahun sebelum tahun 2006 seorang calon mahasiswa universitas tua ini, tidak perlu melalui tes ke Al- Azhar. Sehingga banyak sekali calon mahasiswa Indonesia yang berdatangan ke Univesritas tertuua ini padahal mereka tidak punya besik belajar di sana. Dalam hal ni adalah kemampuan bahasa arab yang sangat memprihatinkan. Mereha hanya mencari Wah … dari masyarakatnya. Akibatnya mereka di Cairo hanya meratapi nasib. Bahkan ada juga yang tetap cuwek bebek di sana menunggu mafsul (tidak naik Berturut- turut) hingga dipulangkan ada juga yang malah bekerja tanpa memikirkan tujuan semula.

Itulah fenomena mahasiswa beberapa tahun sebelum tahun 2006. Apakah pihak aparat akan mempertahankan hal yang sanga tidak jelas ini atau akan sedikit menertibkan. Dari pemaparan Bapak DR. Muhlis Hanafi ternyata lumayan berpengaruh juga. Tahun ajaran baru kemarin tahun ajaran 2006/2007 banyak mahasiswa berdatangan ke Cairo guna menjadi calon mahasiswa Al- Azhar. Disisi lain mereka belum memenui persyaratan yang sudah ditetapkan. Alibatnya nasib mereka tidak jelas dalam artian belum bisa masuk kuliah, kebanyakan dari mereka dalam masa penantian belajar di Dirrasah Khassah. Dari pemaparan temen- temen kita ini, alasan kenapa mereka berangkat dengan memikul tanggungan yang tidak main- main ini dikarenakan pihak Departemen Agama kurang sosialisasi mengenai persyaratan untuk belajar di negeri kinanah ini.

Dari pemaparan diatas sebaiknya para calon mahasiswa luar negeri, Al- Azhar pada khususnya sebaiknya cari informasi sedetail mungkin ketika hendak mempersiapkan diri untuk berangkat ke Mesir. Dari pernyataan mereka jumlah mereka yang mengalami permasalahan demikian sekitar seratus dua puluhan anak. Jumlah yang tidak sedikitkan, ini diakibakan kita semua sebagai mahasiswa sering kurang teliti dalam menentukan langkah. Dari sini penulis menarik benang merah bagi temen- temen generasi mendatang hendaknya mencari informasi sedetail- detailnya sebelum berangkat ke Mesir.

Selain pemaparan masalah diatas ada juga permasalahan ijazah mu'adalah (disamakan). Hal ini sangat ironis sekali karena kalau kita memakai nalar, ada misunderstanding mengenai ijazah mu'adalah. Padahal pengurusan mahasiswa ke luar negeri, dalam hal ini Mesir pada khususnya adalah kerja tahun. Kenapa masih ada human error disini akibatnya empat orang dari angkatan Az- Ziadah menjadi korban atas ketidak disiplinan pihak terkait. Dari fenomena ini kita sebagai mahasiswa juga harus proaktif dalam pengurusan berkas- berkas kita diantaranya masalah mu'adalah jangan sampai terjadi kayak tahun- tahun kemarin.

Hal ini tidak terjadi hanya di tingkat mahasiswa program S1 tapi permasalahan mu'adalah pada program S2 pun ada masalah mengenai mu'adalah. Secara pribadi penulis pernah ngobrol ringan bersama mereka di sela- sela pengurusan permasalahan tersebut. Dari delapan calon Dirrasat Ulya ini yang mampu menjebol mu'adalah akhirnya hanya dua. Dengan kata lain sekitar enam calon mahasiswa terpaksa mengulang S1 di sini. Kebanyakan dari mereka banyak yang mengulang ke S1 Al- Azhar tapi ada juga yang pulang karena kecewa. Fenomena ini sangat tidak masuk akal sekali karena hakikatnya mereka sudah melewati tes masuk program S2 Al- Azhar lewat pimpinan Duta Besar Mesir yang ada di Indonesia, Ahmad Syalabi.

Permasalhan seperti di atas terjadi akibat kurang kordinasi antar pihak terkait sehingga banyak sekali ketidak jelasan diantara mereka. Mari kita mulai dari sekarang mencoba untuk sedikit kritis terhadapp apapun serta merapikan administrasi yang morat – marit yang sedang menimpa Negara tercinta. Pengutip salah satu perkataan da'i terkenal Aa Gym, "mulai dari diri kita, sekarang, dan dari hal yang sekecil- kecilnya.

Fenomena lain selain diatas juga sering menghambat mahasiswa Al- Azhar, diantaranya teman- teman yang terkena penipuan pihak tidak bertanggug jawab. Akhir- akhir ini kejadian yang sangat menggelikan. Tahun 2006 kemarin ada sebuah instansi yang membantu dalam proses keberangkatan ke Mesir tapi apa yang terjadi? Mereka hanya membantu berangkatnya saja. Sungguh sangat menyedihkan kalau kita melihat kisah mereka ketika berada di negeri orang ini. Mereka menunggu nasip yang tidak jelas ini selama empat bulanan setelah merasa tidak ada harapan akhirnya mereka kembali ke Tanah Air.

Hal ini bermula dari mereka menginginkan untuk belajar di mesir. Mereka tanpa pikir panjang dalam artian tidak mencari informasi dari beberpa sumber . mereka yakin sepenuhnya kepada pihak yang akan membantu mereka berangkat ke Mesir. Mungkin pihak ini mngatakan kalau sudah berpengalaman karena bukan satu atau dua kali mengurus temen- temmen yang berangkat ke Mesir.

Tanpa ada penjelasan yang rinci ketika berangkat ke Mesir. Apalagi bagaimana nantinya di sana. Mereka tiba di Mesir dengan tanpa ada pengalaman lebih lanjut sehingga mereka kebingungan. Akibatnya mereka kebingungan, setelah dua bulan di Mesir mereka kehabisan uang akhirnya minta bantuan temen- temen yang mereka kenal, mungkin tetagga mereka atau kakak kelas mereka. Mereka tinggal membawa berapa ratus pon aja. Akhirnya mereka sangat terlunta- lunta.

Pada akhir perjalanannya sebagian mereka memutuskan untuk pulang ke Tanah Air karena merasa sudah putus harapan akan proses tersebut. Apakah kita akan mengulang permasalahan seperti itu? Semuanya pasti sepakat untuk menjawab tidak. Solusi yang harus kita tempuh adalah kita harus tahu apakah para instansi yang akan membantu kita itu harus jelas. Jangan asal- asalan kalau berangkat ke luar negeri khususnya Mesir.

Disamping itu juga kita harus memperoleh berapa sumber supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari maka kita harus tetap tanggap terhadap masalah- masalah yang sedang menimpa temen- temen kita untuk dijadikan semacam pelajaran. Dari sini masalah persiapan sebagai calon mahasiswa yang berkwalitas diantaranya adalah rasa yang nyaman juga. Sehingga bisa belajar dengan tenang. Hal tersebut bisa kita capai dengan melakukan perencanaan yang matang serta tahu siapa yang akan mengurusi kita nantinya setelah sampai di Mesir.

Jangan sampai diantara temen kita calon mahasiswa Al- Azhar tertimpa masalah yang sama. Janji manis sering memuat kita terlena tanpa memikir hal- hal lain yang pada intinya itu adalah sangat urgen sekali dalam artian akan melengkapi hal yang kita butuhkan di negeri kinanah ini. Sering cari informasi adalah kuncinya, sehingga kita tanpa kenal lelah dalam menghadapi segala permasalahan.

Yang tidak terlupakan lagi, kita harus melewati prosedur yang benar. Karena kita tidak mungkin akan berlangsung lama di Mesir kalau tidak melewati prosedur- proser yang tidak benar. Tahun kemarin teman- teman kita banyak yang berangkat ke Mesir tanpa melewati sebuah prosedur yang sudah ditetapkan. Mereka ada yang melewati tes tapi belum masuk, ada juga yang cuwek dengan keberadaan tes yang telah diselenggarakan oleh departemen agama. Akibatnya mereka belum bisa berangkat ke Mesir hingga lulus tes terlebih dahulu. Dari masalah ini mereka memutar otak supaya tetap bisa berangkat dan belajar di kampus Al- Azhar. Mereka mengalami banyak permasalahan akibat visa ke luar negeri tidak mereka dapatkan dari Duta Besar Mesir yang berada di Indonesia.

Merekapun terus mencari jalan keluar supaya tetap bisa berangkat ke Mesir. Karena mereka tidak mendapat visa dari pemerintah Mesir yang da di Indonesai. Sehingga mereka meminta bantuan kepada pemerintah Malaysia untuk membantu dalam pengurusan visa ke Mesir. Akhirnyapun mereka dapat berangkat ke Mesir.

Apa yang terjadi setelah sampai di Mesir. Mereka terkatung- katung. Terlebih- lebih ketika perpanjangan visa. Masalah ini akan sangat terasa setelah permasalahn lain tampak di depan kita. Akhirnya mereka dihantui kebingungan. Disamping itu tujuan semula mereka untuk belajar menjadi terhambat karena urusan yang mereka sepelekan sewaktu masih di Indonesia.

Di akhir masalah ini untungnya pihak Duta Besar Indonesia yang ada di Mesir berusaha keras untuk membantu mereka setelah melewati proses panjang. Pada akhirnyapun mereka mampu diperjuangkan pihak Duta Besar Indonesia setelah melewati loby tingkat tinggi. Apakah masalah seperti ini akan kita ulang untuk beberap kali. Mari mulai dari sekarang dan diri kita, kita coba untuk membiasakan hidup tertib sesuai dengan aturan yang berlaku. Jangan sering melakukan hal yang hanya menurut kita atau kelompok tertentu benar.

Alhamdulillah merekapun bisa mulai kuliah ditahun ajaran ini, tahun 2007/2008. Coba bayangkan andai kita melewati suatu prosedur yang tepat pasti kita tidak akan mengalami permasalahan- permasalahan seperti itu. Udah gitu kita juga rugi waktu kita. Bayangkan kita menunggu lebih dari satu tahun untuk memecahkan permasalahan seperti itu. Jadi kepada temen- temen yang ingin belajar di luar neger, Al- Azhar khususnya tempuhlah jalan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan.

Disamping kita rugi waktu juga rugi tenaga dan materi. Rugi tenaga karena kita di Mesir tanpa ada kejelasan. Tujuan semula kita adalah belajar tapi apa yang akan kita lakukan ketika kita sampai di Mesir yang hanya menjadi pemeriah. Materi juga kita terhitung rugi kalau memilih jalan tersebut karena kita tidak mungkin dalam satu tahun diam aja, pasti yang namanya manusia tidak lupa akan mencari tempat tinggal, urusan makan, dan lain- lain hal tersebut yang menjadikan penulis mengatakan rugi materi di akibatkan ketidak jelasan tujuan.

Masalah lain yang sering menghantui mahasiswa juga ketika berkaitan dengan psikologi. Psikologi adalah sangat mempengarui seseoarang. Penulis mengambil analog demikian, "ketika ada dua orang belajar. Satu orang belajar dengan kemauan sendiri dan lainnya belajar dengan dipaksa apa yang terjadi? Tentu hasil yang mereka capai juga akan berbeda". Hal tersebut diakibatkan karena ada tekanan oleh pihak luar sehingga akan mempengarui hasilnya pula. Dalam hal ini seirama dengan perkataan Colin Rose dalam bukunya Acceleted Learning. Beliau memaparkan kalau seseorang yang belajar dengan paksaan atau stess tinggi hasilnya akan jauh berbeda dengan ketika seseorang belajar atas dasar kemauan sendiri atau dalam keadaan santai.

Analog di atas mengingatkan pada banyaknya mahasiswa al- Azhar sebagian ada yang mendapat paksaan dari orang tuanya. Paksaan seperti ini akan mempengarui seorang mahasiswa dalam melakukan proses belajar mengajar akibatnya pun akan jauh dari yang diharapkan. maka dari itu alangkah baiknya kalau calon mahasiswa harus menata niat yang mantap sebelum benar- benar memulai belajar di Al- Azhar. Masalah ini akan merugikan pihak pelajar sendiri karena mereka akan rugi waktu dan lainnya. Jadi tatalah niat terlebih dahulu sebelum benar- benar memutuskan untuk belajar di Negara satu malam itu.

Seandainya diantara kita ada yang mendapat sedikit paksaan entah yang berasal dari orang tua sendiri atau orang yang bersangkutan sebelum berangkat ke Mesir, maka alangkah baiknya kita perbaiki niat kita supaya tidak sia- sia kita belajar di Negara seribu satu malam ini. Segera buang jauh- jauh beban yang menyelimuti kita. Rubahlah beban tersebut sebai motivasi dan tantangan kepada kita. Yakinlah bahwa anda bisa datang dan belajar ke negeri para nabi adalah suatu nikmat yang sangat luar biasa. Memang banyak temen- temn yang lalai ketika sedang menjalani hari- harinya di Mesir.

Kebanyakn dari temen- temen yang terhantui dengan paksaan biasanya melakukan aktivitas yang sama sekali tidak berguna, aktivitas yang sama sekali tidak berhubungan dengan proses akademis akibat kekecewaan terhadap nasib seperti didepan computer berjam- jam yang sama sekali tidak mendukung proses belajar- mengajar. Hal inilah akar dari kemerosotan segi intelektul mahasiswa- mahasiswaa Indonesia yang berada di Mesir. Maka dari itu kita hendaknya serius dengan apa yang ada di depan kita. Apapun itu, termasuk pendalaman agama.

Mahasiswa tipe ini juga mereka sangat males untuk menelisik ke dalam danau keilmuan yang berada di Mesir. Dikarenakan hari- harinya dihabiskan untuk merenungi nasib. Paling- paling mereka belajar hanya untuk mencari lulus dalam imtihan saja padahal Negara ini sangat kaya dengan ilmu pengetahuan. Itulah bentuk dari kelenaan kita, akibat merasa tertekan dengan kebijakan yang agak berbeda dengan prinsip awal kita. Kita di Mesir seharusnya sangat bangga, sebab masih banyak teman- teman kita di ujung sabang sampai merauke yang iri dengan apa yang sedang kita sandang yaitu sebagai mahasiswa al- Azhar.

Kata Adian Husaini dalam salah satu tulisannya, beliau menulis, "Andai ilmu adalah lautan, banyak sekali mahasiswa Cairo tenggelam". Dari paparan ini menunjukkan bahwa kita masih jauh dari harapan. Kita harus belajar terus tanpa harus lama- lama menyesali tekanan yang pernah membayangi kita. Hal tersebut tidak ada gunanya bahkan akan mengakibatkan kita semakin jauh dari harapan.

Sebelum berangkat ke Mesir alangkah baiknya kalau kita mengetahui apa- apa yang berkaitan dengan Negara tujuan kita. Dalam hal ini adalah Negara Mesir. Kenapa demikian? karena kita akan mengalami tantangan yang sangat luar biasa dikarenakan budaya yang berbeda. Diharapkan persiapan mental dan spiritual untuk menyikapi itu semua. Mental yang sangat tangguh harus tertanam sejak dini dikarenakan itu adalah masalah yang paling urgen. Salah satu jalan keluar untuk cepat adaptasi dengan masyarakat adalah penguasan bahasa amiyah (pasaran).

Bahasa fusha adalah sangat penting. Disamping itu ada juga yang namanya bahasa amiyyah. Basa amiyyah juga cukup penting karena apabila kita hanya mengandalkan bahasa fusha kita akan mengalami beberapa gejolak. Di Mesir banyak orang yang tidak faham bahasa fusha kita, mungkin dikarenakan uslub (susunan kalimat) kita kurang tepat atau mereka memang sama sekali tidak pernah di bangku sekolah, analog sederhananya adalah orang Indonesia tidak semuanya bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Oleh karenanya bahasa amiyah menduduki peranan penting dalam penunjang kesuksesan mahasiswa di Mesir.

Calon mahasiswa Al- Azhar hendaknya peka terhadap masalah ini dikarenakan akan sangat menentukan langkah mereka setelah melaluhi masa- masa di Mesir. Yang perlu di ingat jangan pernah menunda sesuatu untuk belajar dikarenakan di Mesir punya keaneragaman yang sangat luar biasa. Dari budaya, bahasa serta diktat kuliah yang sangat sulit tidak bisa kita pandang sebelah mata.

Jadi jangan sampai ada pikiran sebelum berangkat ke negeri kinanah ini kita bisa bermain sepuasnya. Pada permulaan datang kita tidak akan bisa belajar bahasa amiyah dan budaya secara cepat, dikarenakan kita akan mendapat tantangan untuk penguasaan mukoror sedemikian sulitnya, sehinmgga kita akan lebih konsen pada mukoror, secara otomatis kita akan menunda penguasaan bahasa dan adaptasi budaaya. Dari sini penulis menarik sebuah konklusi bahwa calon mahasiswa Al- Azhar harus menyesuaikan diri sejak dini, dengan kata lain kita harus belajar sejak di Indonesia. Cara kita belajar di Indonesia pun bisa beragam bisa lewat tutorial atau baca- baca buku panduan.

Tutorial kemesiran bisa kita dapatkan lewat pelatian ke Mesiran yang setiap tahunnya di adakan oleh pihak Departemen Agama RI. Pelatian ini biasanya diperuntukkn untuk mereka yang memperoleh beasiswa dari Al- Azhar. Pengalaman penulis ketika mengamati pelatian yang di selenggarakan oleh pihak Depag sudah sangat memenuhi syarat. Permasaalhan yang sangat vital adalah kurangnya simpatik dan sungguh- sungguh dari peserta pelatian tersebut. Malah ada beberapa calon mahasiswa dengan alasan kekanak kanakan berusaha ingin izin pulang.

Biasanaya pelatiahan ini mengambil tutor- tutor yang sangat berpengalaman dalam hal ke mesiran. Jadi sangat di sayangkan ketika kita mendapat jatah untuk mengikuti tutor, tapi kita tidak mengikuti atau tidak memperhatikan dengan seksama. Di sini para tutor menjelaskan mengenai bagaimana gambaran Al- Azahar, tip- tip menguasai diktat kuliah, budaya Mesir, serta yang tak terlupakan adalah bahasa amiyyah.

Kalau kita benar- benak memperhatikan tutor ini kita tidak akan canggung ketika sudah mulai berada di mesir. Dari pengalaman penuis temen- temen merasa males dengan adanya peltihan- pelatihan. Hal ini yang menjadikan mereka sangat canggung ketika berhadapan dengan Mesir dan budayanya. Seperti yang sudah di alami penulis Mesir adalah sangat jauh dari yang kita impikan, di karenakan kita harus adaptasi budaya dan bahasa yang tidak cukup kita lakukan dalam beberapa hari. Makanya kalau seandainya kita sudah menguasai sedikit bekal yang sudah kita dapatkan di pembekalan kita, ketika sudah berada di Mesir akan sedikit lebih cepat menyesuaikan.

Lain dengan temen- temen yang belum memperoleh beasiswa, sebelum berangkat ke Mesir alangkah baiknya kalau belajar dengan seniornya terlebih dahulu di Mesir atau baca- baca buku- buku ke Mesiran. Jadi sebenarnya tidak ada alasan kepada kita untuk tidak persiapan dalam menghadapi permasalahan yang sedang di alami mahasiswa Mesir pada umumnya.

Sekarang banyak sekali lulusan Al- Azhar yang bertebaran di seluruh nusantara. Kita kembalikan pada kita apakah kita mau atau hanya cuwek bebek dengan permasalahan yang sudah terjadi sebelum kita. Benang merah dari penulis adalah tergantung kepada calon mahasiswa baru, apakah mereka mau aktik mencari komponen yang mereka butuhkan kelak atau terjun bebas ke udara tanpa parasut terjun, pasti hasilnya akan berbeda. Analog di atas menunjukkan kepada kita semua bahwa kesiapan adalah sangat penting.

Disamping itu, calon mahasiswa diharapkan dia mempunyai mental yang sangat kuat dikarenakan Mesir mempunyai budaya yang sangat berbeda dengan budaya kita sehingga kita diharapkan tidak cepat putus asa dalam menghadapi berbagai permasalahan di negeri satu malam ini. Seleksi alam akan tampak nanti setelah mereka melewati hari- hari di Mesir setelah satu tahun. Apakah mahasiswa mampu menghadapi perbagai problem atau lari dari nya atau bahkan ada yang memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Kunci dari itu semua adalah kita harus punya mental yang tangguh untuk menghadapi problematika tersebut. Seperti yang sudah kita utarakan diatas kita harus dari dini membangun pondasi ketangguhan mental kita guna melewati tantangan ketika datang ke Mesir.

Salah satu contoh kenapa seorang mahasiswa harus tangguh dalam menghadapi masalah adalah Mesir sangat membudayakan tobur (antri), menunggu yang cukup lama dan lain- lain. Coba anda bayangkan ketika ada seorang mahasiswa yang penuh dengan kesibukan harus antri berjam- jam, pada musim panas lagi hanya untuk urusan pengambilan kartu kuliah, tasdiq (rekomendasi) atau lainnya.

Bagi calon mahasiswa yang mendaapat beasiswa sering mengalami keterlambatan disamping itu juga waktu berangkat yang sangat tidak jelas. hal tersebut mengakibatkan calon mahasiswa menjadi agak ciut nyali, sehingga mereka akan dihinggapi rasa ketakutan tidak jadi berangkat. Kita berharap supaya pihak yang berkaitan agak serius dan tertib dalam pengurusan permasalahna taunan. Padahal pengurusan mahasiswa ke luar negeri bukan hanya satu kali tapi kenapa masalah- masalah serupa sering terulang. Bukannya kita meragukan kinerja birokrasi Negara kita, tapi kita cuman minta agak sedikit disiplin supaya bangsa kita semakin tinggi peradabannya.

Kita harapkan untuk temen-teman mendatang tidak ada kejadian yang serupa akibat suatu sistem yang tidak jelas. yang sangat ironis adalah ada yang terlambat hingga harus menunggu satu tahun lagi di karenakan belum ada panggilan dari pihak Al- Azhar. Kita minta kepada para birokrat untuk lebih berloby cantik kepada semua pihak yang berhubungan dengan kesuksesan dan ketepatan keberangkatan di Mesir.

Salah satu marhalah (angkatan) yang memperoleh beasiswa Al- Azhar lewat tangan depag, sebelas diantaranya terlambat hingga bulan april hingga tidak bisa mengikuti Imtihan (ujian) termin satu. Hal tersebut sebenarnya sangat menghambat perkembangan mahasiswa kususnya dalam segi intelektual. Bahkan ada juga salah satu dari calon mahasiswa yang bernasib sama, mengagalkan untuk berangkat dikarenakan kecewa kareana masa penungguan yang direncanakan satu tahun malah hampir dua tahun.

Mari kita mulai untuk sedikit rapi dan tertib dalam segala hal. Budayakan hal tersebut supaya nilai- nilai dari pengisian kemerdekaan itu benar- benar terwujud. Kurang apanya kita, tanpa harus melewati perjuangan mengangkat senjata tinggal mengisi kemerdekaan yang sudah diwariskan para pendahulu kita, ayo kita mulai dari sekarang, diri kita dan hal yang sekecil- kecilnya.

Konklusi dari urian di atas adalah kita harus mempersiapkan diri sedini mungkin dikarenakan calon mahasiswa akan berhadapan dengan permasalahan yang sangat beragam. Hal- hal baru yang belum pernah dijumpai di Negara tercinta kita. Adapun persiapan yang harus kita siapkan adalah kemampuan bahasa arab fusha disamping itu juga kita harus banyak mengetahui bahasa amiyyah karena di sana kita akan bermu'amalah dengan orang pribumi yang menggunakan bahasa amiyyah dalam kehidupan sehari- hari.

Persiapan mental yang kuat karena kita akan berhadapan dengan masyarakat yang punya pola hidup berbeda dengan kita. Serta jangan pernah merasa ada keterpaksaan untuk berangkat ke Mesir buang jauh- jauh pikiran tersebut karena justru akan memandulkan bakat yang kita miliki. Percayalah kalau anda di Mesir itu adalah true choos (pilihan terbaik) bagi anda, mulailah menatap masa depan sejauh- jauhnya jangan hanya melamun karena impian semula anda.

Kenali prosedur dan persyaratan kalau perlu tanyakan pada pihak yang lebih tahu baik masalah mu'adalah ijazah, transkip nilai, terjamah akte dan lain- lain. Pastikan bahwa anda benar- benar siap. Disamping itu, bagi mahasiswa non beasiswa hendaknya hati- hati ketika bekerja sama dengan pihak yang akan membantu dalam pemberangkatan ke Mesir. Usahakan pihak ini bebar- benar terpercaya. Jangan pernah coba- coba untuk melewati jalan pintas atau prosedur yang tidak tepat, karena hal tersebut akan menjadikan diri kita sendiri kesulitan.

Keberangkatan mahasiswa yang sering terlambat harus segera dibenahi, penulis tidak pantas koar- koar lebih banyak, kita yakin para birokrat lebih tahu. Kita cuman mengharapkan supaya para birokrat membiasakan untuk lebih rapi dan tertib dalam makna konotasi tentunya. Sangat tidak masuk akal ada anak terlambat setiap tahunnya padahal masalah seperti ini berulang setiap tahunnya.

Serta yang terakhir, belajar di Al- Azhar adalah sebuah kebanggaan yang sangat luar biasa sehingga kita harus manfa'atkan kesempatan ini dengan sebaik- baiknya. Bayangkan hanya berapa persen orang Indonesia yang memperoleh pendidikan, dari bebrapa persen lagi mereka yamng belajar di Al- Azhar. pada akhir kata kita harus siap sebelum dan ketika belajar di Al- Azhar. []

0 komentar:

Posting Komentar