Welcome to Nur Fadlan Blog

Sabtu, 17 September 2011

Ada Apa Dengan Dinamika?



Nur Fadlan

Ketua BPA PPMI 2010-2011



Dinamika Masisir sedang tidur panjang dan pulas. Ada apa sebenarnya? … Pelajar dan mahasiswa Indonesia di mesir disadari atau tidak sedang lesu dalam berbagai hal. Tidak hanya di ranah intelektual, di ranah jurnalistik serta pergerakan sosial yang lain penulis rasa tidak ada perkembangan yang signifikan.


Dewasa ini sangat berbeda dengan 7 tahun kebelakang. Masisir sedang terjangkit banyak virus sosial yang diakui atau tidak turut serta dalam mempengarui dinamika Masisir. Kalau dulu di setiap tahunnya pelajar dan mahasiswa lebih sibuk dalam realisasi karya ilmiyah atau karya seni budaya yang memiliki nilai yang tinggi. Sekarang alam pelajar dan mahasiswa di Mesir sudah berbeda. Pelajar dan mahasiswa lebih ansyik di depan layar komputer dan berselancar dengan fasilitas dunia maya yang bersifat akdiktif, facebook misalnya. Sudah ribuan pelajar dan mahasiswa yang merelakan diri berpuluh-puluh jam hanya untuk bersenggama dengan facebook dalam sehari.


Jejaring sosial yang memiliki dampak luar biasa ini menjadi salah satu sebab kenapa dinamika Masisir ternina bobokan?. Facebook adalah kawan dan lawan. Kalau memang lawan maka perlu kita perangi dan kalau memang adalah kawan maka perlu untuk kita cintai. Kurang lebih 99% pelajar dan mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir memakai fasilitas ini. Bisa dipastikan bahwa membaca, menulis, menganalisa, kritisme, meningkatkan kuwalitas hidup, peka sosial nyaris sudah dimadu dengan facebook yang cantik.


Bagaimana Dengan Dinamika? …


Yang jelas, seperti yang pelulis paparkan di atas, bahwa Masisir sedang malas dan nasib dinamika semakin lemas. Dinamika mengalami kemunduran drastis. Antara tahun ini dan tahun 2005 dinamika anjlok dan semakin anjlok. Kualitas apa pun itu menurun drastis, mulai dari sadar intelektual, sosial-budaya, seni, jurnalistik, kritisme, peka dan lain sebagainya. Hanya ada beberapa prestasi diantaranya anak baru yang mempunyai nilai bagus di bangku kuliyah. Akan tetapi perlu diketahui rekan-rekanita… tidak bisa kita melepas diri dari kehidupan di lingkungan kita. Kalau kita benar-benar ingin menjadikan Mesir sebagai tenpat untuk belajar, apa pun itu… tentunya tidak cukup hanya mengandalkan intelektualitas yang hanya bersumber dari diktat-diktat kampus. Universitas kesayangan kita, Al-Azhar hanya memberi kunci keilmuan dan pengembangannya tetap dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Sehingga tidak cukup dengan diam, atau menghafal diktat belaka, kita adalah masyarakat sosial, harus peka dan selalu bergumul dengan masyarakat sekitar sebagai pertanda kita mampu mengembangkan macam ragam kecerdasan yang ada di otak kanan dan kiri.


Kita tidak perlu ingin jadi apa-apa, tapi kita harus siap untuk menjadi apa saja. Menjadi Presiden RI harus siap, karena produk lama yang pernah belajar di Mesir telah membuktikannya. Menjadi Ketua MPR harus siap, karena SDM cetakan alam Mesir pernah membuktikan juga. Menjadi Gubernur, Wali Kota, Bupati, Camat, Kepala Desa, Mufasir, Ahli Ushul, Muhadist, apalagi kalau hanya sebagai ustadz mutlak kita harus bisa.


Dinamika kita mati suri. Untuk menghidupkannya lagi tergantung tangan kita, apakah kita mau hidup atau mati? Kalau memang kita tidak ingin menghidupkan ya sudahlah bubarkan saja semua dinamika yang ada di Masisir. Kalau pun ada dan hanya setengah-setengah bubarkan pula tidak menjadi apa … Dari pada kita setengah-setengah tidak akan ada hasil yang signifikan. Negara kita adalah negara yang sangat luas dengan konflik dan masalah sosial yang beragam, kalaui hanya setengah-setengah mending buburkan saja apa pun yang mengatasnamakan dinamika dan kita tinggal bersiap-siap menjadi sampah atau buih ditengah-tengah negara tercinta Indonesia.


Solusinya …


Pasca revolusi Mesir dan pasca evakuasi Masisir, alam pelajar dan mahasiswa Indonesia berubah drastis. Tampak sudah lelah dengan dinamika dan proses kematangan hidup. Orientasi sebagai elit intelektual banyak yang tergeser dan berubah. Lebih suka dengan santai dan glamor. Yang alay makin alay dan yang disorientasi semakin jauh dari orbit kemahasiswaan. Skill kemahasiswaan dan kepemudaan dikubur dalam-dalam karena cukup pahit jika membeli buku-buku sementara bros, sepatu, tas, jam tangan, fashion baju yang semakin berkembang menggilas paradigma pelajar dan mahasiswa.


Life style memang sedang meledak. Di samping memang dinamika sedang surut kualitasnya tampak di sisi lain pola hidup serta alam pikir pelajar dan mahasiswa sedang berubah. Tidak ada cara apa pun untuk membangkitkan lagi kecuali hanya dengan tangan kita dan serentak. Yang konsen di kajian silahkan konsen meneliti tanpa mengenal lelah. Yang ada di organisasi silahkan mendewasakan organisasi supaya semakin memiliki bargaining. Yang ada di jurnalistik tolong sedikir profesional dalam kualitas dan waktu. Yang ada di seni budaya, silahkan perdalam wawasan seni budaya supaya pameran dan pagelaran seni budaya yang tunasnya dari pelajar atau mahasiswa bisa kita nikmati kembali.


Jika kalian merasa lelah? Kami pun lelah. Jika kalian serba kekurangan? Kami pun sama. Tidak ada orang lain yang membangkitkan dinamika Masisir melainkan kita. Dinamika ini milik kita dan demi masa depan kita.


Pamungkas …


Mari kita gerakkan dinamika dengan tulus. Atas nama pelajar dan mahasiswa Indonesia, ayo semangat, bangkit dan berkembang… Mesir adalah sekolah kita, sekolah kehidupan kita. Tidak hanya Al-Azhar, Alhamdulillah … Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk belajar kepada Mesir. Jangan pernah lihat kekurangannya, kita hendaknya senantiasa melihat kelebihan Mesir supaya kita terus terpacu sehingga roda-roda dinamika bergerak cepat hingga mengantarkan kita pada cita-cita.


Tanpa menunggu siapa pun, tanpa menunggu dari mana pun, dan tanpa menunggu kapan pun. Dinamika milik kita, terserah kita sebelum dinamika benar-benar diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Yang suka mempolitisir, yang suka pencitraan, yang suka diskriminasi, yang suka black command, yang suka nepotisme, yang suka kampanye, yang merasa paling benar sendiri, yang merasa paling sumul berislamnya, yang parpol, yang PKS, yang PDI dan yang lain…


Dinamika milik kita; dari kita, oleh kita dan untuk kita! :* []


Cairo, 08.09.2011


0 komentar:

Posting Komentar