Welcome to Nur Fadlan Blog

Jumat, 01 Juli 2011

Catatan Sejarah (Juni 2011)


Nur Fadlan

1. Memulai semuanya dengan serba baru. Saya sangat bahagia tat kala masuk pada bulan Juni. Bulan penuh kenangan, bulan dimana ketika saya kenal dengan Murobbi al-Arwahi untuk pertama kalinya. Bulan penuh kebahagiaan, bulan dimana ketika saya bisa tersenyum bebas dan lepas. (Juni Juni Juni, 010611, Cairo)

2. Orang-orang begitu ta'dim, ada yang menangis, ada yang bercerita, ada yang melepas rindu, ada yang berwasilah... Panas, malas dan lemas benar-benar lenyap takkala bersamamu dalam Taman Surga Cinta. Ya Habibana... Ya Maulana... Ya Imamana... Nadrah wa Madad ya Sayyidina Husain. (Taman Surga, 020611, Cairo)

3. Kadang pengetahuan sosial bersifat perspektival. Konklusi teori-teori akan selalu berbeda karena rata-rata merupakan kiasan bagi masyarakat, wilayah, sistem dunia, dan bukan pengganti dari penjelajahan yang paripurna. Terasa sangat susah dan nyaris tidak menemukan presentasi dan intepretasi yang sempurna. (030611, Cairo)

4. Saling membentak dan caci maki dalam panas Cairo yang semakin menjadi-jadi. Tidak hanya udara yang panas dan pengap melainkan juga suasana hati yang cepat terinfeksi. Hayo... Hayo... Tetap tenang meski sepanas apa, dan sepengap apa, Saling menjaga hati, tetap tenang, adem dalam keadaan bagaimana pun dan dimana pun. (Down Town, 040611, Tahrir - Cairo)

5. Seperti anak panah yang terlepas dan tinggal 1 yard mengenai tubuh kita. Kemalasan akan membunuh kita, cepat atau lambat. Dalam sebuah peperangan, kenapa ada yang terbunuh! kenapa ada yang hidup dan luka-luka!. Kita berhak memilih, merencanakan, mempersiapkan, melakukan serta menikmati hasil. (Kenapa masih ada malas?, 050611, Garden City - Cairo)

6. Oportunis. Wajah ganda. Status quo. Di dunia tempat bernafas ini belum final; himpitan ekonomi, himpitan posisi, merasa mampu, egois, sebagai yang disuruh bukan berarti harus menghalalkan segala cara. Kenapa jiwa patriot saat ini sudah mulai pada usang? (Sampel-sampel manusia dan pengkaburan sistem, 060611, Cairo City)

7. Pak Habibie... terima kasih atas sekian analogi tentang konsep hidup dan kehidupan semalam, benar-benar telah membakar semangat kami. Pak Habibie... terima kasih karena telah mengingatkan kepada kami semua akan tiga unsur makro penentu cita-cita nasional; Budaya, Agama dan Ilmu Pengetahuan. (Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, 060611, Azhar Conference Center - Cairo)

8. Dalam penyampaian Prof. Dr. Amin Rais (Ketua MPR RI 1999-2004) yang paling menarik hanya tentang pemikiran orang China. Setidaknya ada tiga tahapan penting dalam merubah nasib bangsa; pertama, berhenti bercerai-berai. kedua, bersatu padu. ketiga, bekerja dengan lebih gigih dalam gapai cita-cita negeri. (080611, Garden City - Cairo)

9. Di tengah-tengah panas yang membakar, kenapa ketika bersamamu selalu tentram dan damai. Mungkinkah ini cinta? ternyata bukan sekedar cinta, melainkan candu cinta. Nadrah wa Madad... Ya Maulana... Ya Habibana... Ya Sayyidana... Imam Husain. (Sejuk Taman Surga, 090611, Cairo)

10. Tujuan harus sampai. Mencoba menyeimbangkan berbagai sisi, yang penting ataupun yang mendesak. Strategi dan sinergi dalam kontek sekarang adalah kunci. Tetap semangat, fokus, optimis dan berpandangan ke depan. (Demi Cinta dan Asa, 130611, Darrasah - Cairo)

11. Terima kasih atas bimbingannya duhai Maha Guru. Tidak peduli siang maupun petang selalu datang dalam hati-hati yang guncang. Memberi tauladan yang begitu tinggi dengan rendah hati yang telah kami saksikan sendiri. Nadrah wa Madad... (130611, Darrasah - Cairo City)

12. Diskusi sore bersama sahabat Ali Mahfudh di sepanjang jalanan Abdul Basya Distric. Setelah melihat secara langsung fenomena dan masalah sosial setidaknya semakin menambah wawasan dan kedewasaan. Kata kuncinya tergantung pada kita; mau jadi apa? mau kemana? dan sudah sampai mana kita mempersiapkan semua. (150611, Abdul Basya - Cairo)

13. Purnama semalam seolah-olah menatap sayu kepada kami. Ramsis selalu menyimpan kenangan di satu tahun terakhir. Saya akan menuliskan semuanya... Terima kasih atas semua maafnya. (I'm Sorry, 160611, Ramsis - Cairo City)

14. Semesta Cairo sunyi, seperti kota mati. Mendekati matahari terbangun semuanya masih enggan bernyanyi. Hanya ada semilir angin berhembus yang menemani pilu hati. Sepertinya semuanya masih terlelap atau kesepian seperti di sini. Tuhan sembah sukur hanya pada-Mu disepanjang pagi. (Cairo Pagi, 180611, Abasea - Cairo)

15. Zuher, Pa'e Zuher, dan Bu'e Zuher teng kediaman nggih?... Amu kalian pakde Ali Mahfudh kangen, kepengen nyambangi cah nganteng se Abdul Basya... ha ha... (180611, Cairo)

16. Panas Cairo tidak seperti panas dalam hati. Panas Cairo hanya menyentuh kulit, panas dalam hati bisa mengobrak-abrik semuanya. Panas Cairo pun lenyap tatkala bersama Sayyidina Maulana Imam Husain. Nadrah Madad Ya Habibana... (200611, Darrasah - Cairo)

17. Panas Cairo tidak seperti panas dalam hati. Panas Cairo hanya menyentuh kulit, panas dalam hati bisa mengobrak-abrik semuanya. Panas Cairo pun lenyap tatkala bersama Sayyidina Maulana Imam Husain. Nadrah Madad Ya Habibana... (200611, Darrasah - Cairo)

18. How many times does a butterfly blink, before it learns to fly. The sky is filled with stars, but how many are mine. When I fly and you fall, so close I can hear your breathe... I just want know you better... (Butterfly, 210611, Cairo)

19. Makanan khas Mesir. Aku melihat wajahnya yang hanya mengamati pola makanku yang cukup lahap. Ia hanya mencicipi sidikit. Aku menempatkannya dalam posisi yang istimewa. Angin malam di Musim Panas pun serangkul kami di sela-sela cinta kasih di pangkuan Sayyidina Maulana Imam Husain. Nadrah wa madad... (Taman Surga, 210611, Attaba - Cairo)

20. Every moment is filled with a passion for you. There is no respite. You fill my dreams and thoughts. How can I describe this madness? Love is pervades all over. Nothing else can be seen anywhere. Your voice resonates in everything. Nothing else except that can be heard. (220611, Nasr City - Cairo)

21. Di antara angin-angin yang berputar dan panas. Di antara para peserta ujian dan para pengawas. Di antara bumi-langit yang semakin tua dan ganas. Di antara koruptor waktu dan malas. Semuanya akan luluh dan bersimpuh pada titik kulminasi batas. Nadrah wa Madad ya Sayyidana Imam Husain Pemuda Ahli Surga penembus batas. (Batas, 230611, Taman Surga - Cairo)

22. I soak in your intoxication every moment. This heart is enchanted with you. The heart beats restlessly. What do you know about my state? At time on the sky and at time on the earth, you face appears in front of me. I'm so lost in love... Nadrah wa Madad Ya Rosulallah... (Love, 240611, Cairo)

23. Temu mesra bersama kawan-kawan di Markaz Idha'ah wa Televisiun. Ikut berdo'a bersama kawan-kawan inspiratif yang mewarnai Dunia Masisir. Semoga kebaikan atas beliau di alam yang lebih kekal dan kebaikan untuk kita semua. Senyumnya. Bincang-bincang rindu bersama teman seperjuangan Ishlah U Darussalam di Bakso Gami'. Semuanya adalah nikmat. (240611, Cairo)

24. Di Bunderan Abasea bersama Bujang Kelana, Lee Sien dan Herry Talaohu. Langit yang cukup indah serta pembicaraan yang semakin menarik. Ha ha... Makasih share-sharenya ya... Selamat belajar!... (Bundaran Kota Abasea, 250611, Cairo)

25. Air yang tenang, kerlip lampu warna-warni, pencahayaan cafe-cafe malam yang sayu, sorak-sorai para pemuda, nyanyian rakyat yang membuat semakin bahagia, moga semuanya bisa mengganti penat menjadi rilek. (Niel River, 260611, Tahrir - Cairo)

26. Bergerumun memasuki Taman Surga. Mereka bak lebah yang sedang berkerumun di atas satu bunga yang indah. Ada yang karena sangat dahaga, ada yang karena cerita-cerita dan ada pula yang karena cinta. Nadrah wa Madad... Shila Ya Sayyidina Imam Husain... (Taman Surga, 270611, Darrasah - Cairo)

27. Di malam yang syahdu. Disaat aku dan dia lugu. Hamparan langit yang tenang terdiam dan bisu. Para pecandu cinta mabuk kepaya karena telah merasuk dalam kalbu. Ingin mencinta untuk selamanya dan tidak ingin sirna serta terlupa. Nadrah wa Madad Ya Sayyidina Husain... Shila Ya Sayyidina Imam Husain... (Taman Surga Cinta, 280611, Cairo)

28. Nyanyian-nyanyian cinta bertaburan sayu dan merdu. Rintihan-rintihan hati menambah semakin beratnya rindu. Sorak-sorai para mabuk kepaya membobol nafsu penghimpit kalbu. Berlebur dalam cinta serta hanya menyisakan rindu dan candu. Nadrah wa Madad Ya Sayyidina Husain... (Taman Surga, 300611, Khan Khalili - Cairo)

29. Saya jadi teringat dengan kakak perempuanku. Beliau pernah mengidap batuk berdahak yang berlangsung cukup lama, tapi tetap terus berjuang dan lalui tangga-tangga target demi cita-cita. Aku melihat di matamu sekuat mata kakakku. Kamu tertatih dan tetap terus ingin bangkit. Kamu seperti Angle yang suatu ketika akan terbang tinggi dan meraih semua mimpi. (Berjuang, 300611, Ramsis - City)

0 komentar:

Posting Komentar