SINAI Adakan Bedah Buku Mavi Marmara
Nur Fadlan
Tanggal 13 Agustus 2010 bertepatan dengan hari ke tiga bulan Ramadhan, SINAI (Studi Informasi Alam Islami) adakan Dialog Umum dan Bedah Buku Mavi Marmara Menembus Gaza. Acara ini, berlangsung sangat meriah karena dihadiri oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir kurang lebih 70 orangan, cukup sesak dalam memenuhi auditorium KPMJB. Dimulai dengan pembukaan oleh MC dan runtutan ceremonial, kemudian acara inti yaitu dialog dan bedah buku. Adapun nara sumber dalam acara ini adalah penulis sendiri, yaitu Ust. H. Ferry Nur, S. Si dan Ust. Muhendri Muhtar.
Sebagai awal dari dialog umum itu, sang nara sumber memulai dengan niat awal tergeraknya hati untuk peduli dan ikut serta dalam misi relawan atas masyarakat Gaza. Dalam tiga kali pembebasan terhadap Palestina, Indonesia yang berstatus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia belum pernah ikut andil dalam pembebasan atas Palestina. Oleh karenanya, menurut pengakuan relawan keikut sertaan atas misi pembebasan Gaza Indonesia harus malu dan wajib ikut serta dalam mengsukseskan misi Mavi Marmara.
IHH yang betpusat di Turki sebagai panitia dari misi penembus Gaza telah memperlakukan para relawan dengan sangat baik. Sekitar 600 relawan dari 50 negara ikut serta dalam perjalanan Mavi Marmara untuk menyampaikan amanat besar dari masyarakat dunia kepada masyarakat Gaza. Dalam perjalanan itu, sunyi senyap serta keadaan yang tegang benar-benar mencekam para relawan. Sehingga, semua relawan tidak ada yang menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Ada diantara mereka yang menghabiskan waktunya untuk berdzikir, berdiskusi, tidur karena kecapean, dan beberapa kegiatan yang dibutuhkan lainnya.
Pada dasarnya ide dari misi ini adalah bentuk dari intepretasi dari opini salah satu anggota parlemen Inggris, Josh Galue. Oleh karenanya, menurut beberapa pengakuan relawan, hendaknya kita malu sebagai kaum muslimin jika tidak peka dalam memberi respon terhadap blokade atas Gaza. Blokade yang diderita selama kurang lebih empat tahun adalah bukan waktu yang sebentar, sehingga sudah seharusnya menjadi tanggung jawab kita untuk memberikan uluran tangan terhadap saudara kita.
Bahkan, misi ini bukan lagi disebut sebagai misi ideologi akan tetapi lebih tepatnya adalah misi kemanusiaan. Karena relawan dari Mavi Marmara terdiri dari bebera golongan, bukan hanya umat Islam melainkan masyarakat dunia pada umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar