Benarkah Senat Pangkas Nuansa Intelektual PPMI?
Nur Fadlan
Peminat Kajian Budaya
PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) yang merupakan wadah terbesar bagi insan akademis Indonesia di Mesir akhir-akhir ini sedang mengalami penurunan yang drastis. Dalam AD-PPMI bab III pasal 7 ayat 2 tersurat “Mempertinggi kecerdasan, memperluas pengetahuan, membangkitkan dan menyalurkan kreativita angggota” rasanya belum begitu maksimal kita temukan di periode ini. Nuansa intelektual benar-benar pudar dalam jiwa PPMI. Padahal dalam kabinet periode 2009-2010 mentri yang seharusnya konsisten untuk mengembangkan poin ‘mengembangkan pengetahuan’ terisi. Apa karena memang pengembangan pengetahuan sudah dirasa tidak perlu lagi? Penulis kira tidak secepat itu, untuk menarik benang merah. Karena diakui atau tidak, kita semua yang ada di Mesir dan yang terdaftar sebagai anggota PPMI adalah pelajar dan mahasiswa. Kita adalah insan akademis. Tentunya, pengembangan pengetahuan adalah tujuan utama dari kita semua. Akan tetapi PPMI sebagai organisasi terbesar yang mewadai pelajar dan mahasiswa periode 2009-2010 kurang begitu memperhatikan fasilitas untuk mengembangkan intelektual kita.
Even-even besar yang memiliki nuansa intelektual, sama sekali terlepas dari campur tangan PPMI. Seminar Peradaban Islam, Seminar Oksidentalisme, Bincang masalah KPK, Bincang Keindonesiaan, Seminar Kebahasaan, Seminar Kemu’jizatan al-Qur’an perspektif Said Nursi dan lain sebagainya lepas dari partisipasi PPMI. Memangsih, untuk menyelenggarakan acara besar yang bernuansa intelektual bukanlah mudah, akan tetapi re-evaluasi tetunya tetap perlu. Bukan sekedar menyesali semuanya dan terus membuka lembaran baru. Penulis kira ini kurang dewasa dan arif.
Sekarang misalnya, dari liburan termin awal sampai sekarang (7 April 2010) PPMI belum menyelenggarakan apa-apa yang bernuansa pengembangan intelektual kecuali hanya berkutat pada kebahasaan. Kita sebenarnya membutuhkan seminar-seminar bersama tokoh-tokoh nasional atau tokoh-tokoh Mesir atau dari negara lain. Karena hal itu akan merangsang kita untuk mencapai kemapanan intelektual yang lebih baik. Tentunya seminar-seminar yang kita anggap perlu akan menjadi stimulus bagi kita, dan pengembangannya bisa kita lakukan di study-study club yang ada di komunitas Masisir atau Mesir.
Mungkin keresahan ini sudah lama, hingga akhirnya sosok Senat Mahasiswa mulai mendapat perhatian lebih. Beberapa kali penulis menjumpai kegiatan Senat yang membawa aura intelektual ke permukaan Masisir. Misalnya, yang dilakukan SEMA-FBA (Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab) bekerja sama dengan KSW (Kelompok Studi Walisongo) dalam menyelenggarakan Seminar Kebahasaan, juga ikut serta dalam mengsukseskan Seminar Kemu’jizatan al-Qur’an yang dilakukan bersama kawan-kawan Turki yang ada di Mesir. Kemudian, benarkah nuansa intelektual PPMI akan dipangkas oleh Senat? Tentunya ada sekian konsekuansi yang harus dilewati ketika statemen itu benar akan terjadi.
Senat dengan bentuk struktural yang ‘seperti itu’, kegiatan yang ‘seperti itu’, penulis kira kalau untuk mengcover semua fasilitas intelektual yang dibutuhkan pelajar dan mahasiswa masih bisa dikatakan kurang dari cukup. Sehingga, rasanya kurang bijak dan dewasa jika PPMI langsung melepaskan semua proyek pembangunan dan pengembangan intelektual di tengah-tengah pelajar dan mahasiswa di periode ini.
Menurut penulis, PPMI harusnya memiliki jiwa militan untuk menyeimbangkan tiga dimensi (intelektual, sosial dan spiritual) yang menjadi lahan dinamika Masisir. PPMI tidak harus menonjol di sisi sosial saja, mengesampingkan dua lainnya atau sebaliknya. Hendaknya seimbang ketiganya demi cita-cita membangun peradaban bangsa.
Jurnal yang seharusnya menjadi makanan istimewa setiap semester tak kunjung datang. Malah, didahului oleh organisasi-organisasi afiliatif dalam menerbitkan jurnal. Padahal, organisasi afiliatif hanya salah satu dari organisasi yang ada di bawah PPMI. PPMI harus tetap mengembangkan nuansa intelektual di permukaan Masisir karena itu adalah andalan dari jati diri pelajar dan mahasiswa di Mesir. Tidak sepantasnya nuansa intelektual diserahkan sepenuhnya kepada Senat Mahasiswa atau organisasi lainnya, karena hal tersebut hanya akan membuat PPMI sekedar simbolis yang tidak memiliki kontribusi yang signifikan.
Tiga dimensi (intelektual, sosial dan spiritual) yang selama ini telah dibangun dan dikembangkan PPMI hendaknya tidak mengalami penurunan yang drastis diperiode ini. PPMI harus melakukan keseimbangan ektra dalam pembidikannya pada ranah intelektual, sosial dan spiritual. Jangan sampai PPMI hanya mengesankan mampu dalam bidang sosial saja. Hanya mengurusi beasiswa dari Jam’iyah Syar’iyah. Sementara intelektual yang menempati urutan lebih awal dikesampingkan bahkan dilupakan.
Kairo, 7 April 2010
Untuk Buletin Prestasi
0 komentar:
Posting Komentar