Welcome to Nur Fadlan Blog

Selasa, 28 April 2009

Teologi Hambali


Pandangan Teologi Kanan


Ditulis Oleh : Nur Fadlan


Imam Ahmad bin Hambal


Dalam perjalanan Sejarah Teologi Islam banyak sekali terdapat pertentangan yang sangat panjang akibat perbedaan pendapat di wilayah Teologi agama. Pada mulanya pertentangan ini adalah bermula dari titik pemahaman yang berbeda. Bisa dilihat pada metodologi mereka dalam melakukan pendalaman sebuah permasalahan. Dengan metodologi yang berbeda, tentunya benang merah yang akan didapatkan juga akan berbeda. Pisau analisis para pendahulu kita sangat beragam sehingga kita bisa menjumpai hasilnya pada saat ini yang sangat beragam. Pendapat Mu'tazilah, Qodariyah, Jahmiyah, Hururiyah, Rafidhah, Murji'ah serta Ahlus Sunnah sangatlah beragam. Hal tersebut adalah akibat penggunaan pendekatan yang berbeda-beda dalam memahami sebuah permasalahan.


Termasuk dalam melihat otoritas tek, kelompok di atas juga mengalami berbedaan yang sangat beragam. Tetapi dalam hal ini penulis akan meruncing kepada pandangan Imam Ahmad bin Hambal serta apapun yang berkaitan dengan beliu untuk kita kaji lebih dalam.


Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhamad bin Hambal bin Hilâl bin Asat as-Syaibâni Abu Abdullah al-Maruzî. Orang tuanya saat mengandung beliau sedang dalam keadaan mengandung, dan beliau dilahirkan di Bagdad bulan Rabiul Awal tahun 164 H. Beliau adalah sosok yang begitu menawan karena diusianya yang masih belia sudah menunjukkan tanda-tanda yang sangat luar biasa. Beliau sangat rajin dalam mengkaji Hadist. Pada tahun 179 beliau meninggalkan tanah air dan pergi untuk memperdalam ilmu di Khuffah, Bashrah, Hijâz, Yaman, Syam, dan tempat-tempat lain. Dalam sebuah riwayat, Abu Zaraah ar-Râzi berkata sesungguhnya Imam Ahmad bin Hambal telah menghafal satu juta Hadist.


Setelah perjalanan beliau di lautan Hadist akhirnya beliau dipanggil Allah di Bagdad pada hari Jum'at 12 Rabiul Awal tahun 241 H.[1]


Pernyataan Iman Kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya dan Hari Akhir


Sebuah formulasi khusus yang berkaitan dengan konsep-konsep keimanan menempati urutan teratas dalam urgensi umat beraqidah. Seperti dalam sebuah pemaparan Imam Asy'ari bahwa kalimat al-Iqrâr Billah Wamalâikatihi Wakitabihi Warosulihi adalah adalah bentuk formulasi versi Ahlul Hadist wa as-Sunah. Kalimat itu juga sering didengungkan dengan Usulul I'tiqôdmenurut Ahli Hadist.[2]


Formulasi ini adalah bentuk turunan dari Rasulullah SAW dan para Sahabatnya. Sehingga kelompok Ahlu Sunah menjastifikasi setiap muslim yang tidak menggunakan formulasi ini belum bisa dikatakan sebagai golongan yang mengikuti Rasulullah. Mereka juga mengangkat terma tentang golongan yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan Sahabatnya dengan terma Firqoh Najihah. Jadi dalam bahasa sederhananya siapapun orangnya yang tidak menggunakan formulasi di atas belum bisa dikategorikan dalam kelompok Firqoh Najihah.[3]


Allah Adalah Dzat Tunggal

Nabi Muhamad Adalah Hamba dan Utusan-Nya

Nur Fadlan



[1] Disarikan dari Târikh Bagdâd, Juz 4 Hal. 412. Dari Tadzkirah al-Hafîd, Juz 2 Hal. 431. Dari Tahdzîb at-Tahdzîb, Juz 1 Hal. 72. Dari Haliyat al-Auliyâ', Juz 9 Hal. 161. Dari Hulâshoh Tahdzîb al-Kamâl, Hal. 4. Dari ar-Risalah al-Musthorifah, Hal. 18. DariSyadzarât ad-Dahab, Juz 2 Hal. 96. Dari Thobaqôt al-Hanabilah, Juz 1 Hal. 4. Dari Thobaqôt as-Syairâzi, Hal. 91. Dari Thobaqôt al-Mufasiriin, Juz 1 Hal. 132. Dari al-Abru, Juz 1 Hal. 435. Dari al-Fahrisat, Hal. 292. Dari Mar'atu al-Jinân, Juz 2 Hal. 132. Dari an-Nujum az-Zâhirah, Juz 2 Hal. 304. Dari Wafiyâh al-A'yân, Juz 1 Hal. 17. Dari Thobaqôt al Hafâd, Hal. 189.

[2] Abu Hasan al-Asy'ari, Maqôlât al-Islâmiyiin, Juz 1 hal. 345.

[3] Muhamad bin Abdur ar-Rahman al-Khomîs, I'tiqôd Ahlu as-Sunah Syarah Ashâb al-Hadist, ha. 7-19.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisan ini mencatut nama Ahmad bin Hambal, tapi kok tidak ada referensinya yang ditulis langsung oleh beliau ya?

6 September 2010 pukul 05.59

Posting Komentar