Welcome to Nur Fadlan Blog

Selasa, 28 April 2009

Teamwork Adalah Kunci


Teamwork Vs Komitmen Organisasi
Adalah Dua Hal yang tidak dapat Dipisahkan

Nur Fadlan

Secara umum, teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk memcapai suatu tujuan. Kerja kolektif dalam suatu wadah atau organisasi adalah sangat penting. Bentuk kerja seperti ini merupakan pondasi dasar dari kesuksesan suatu organisasi.

Tiga pekan terakhir DP (dewan pengurus) IKAMARU telah membuat bangun rancang program kerja untuk satu tahun. Semua peserta rapat membahas program kerja mereka demi kesuksesan roda organisasi mendatang. Dari sini tampak jelas bahwa budaya teamwork telah ada dalam tubuh organisasi kita tercinta.

Apakah sudah cukup dengan bentuk pembagian kerja saja? atau masih ada lagi tindak lanjut lainnya? Tentu saja, kita mempunyai jawaban masing-masing. Diantara kita sering terjebak dalam filosofi Jawa "anget-anget tai ayam". Ungkapan ini mempunyai arti secara implisit, yaitu bentuk semangat atau etos yang menggebu-gebu tapi setelah itu hilang tidak tahu ke mana. Lama-kelamaan ruh semangat ini terkikis nyaris habis untuk sadar kembali membangun IKAMARU.

Inti dari degradesi kualitas ini sebenarnya bersumber dari benturan masalah-masalah dalam perjalanan organisasi. Masalah yang sering membentur pengurus atau anggota IKAMARU harusnya mampu kita hadapi secara dewasa. Hilangkan budaya ngambek, malas, merasa tidak puas atau lain sebagainya. IKAMARU tidak akan berkembang hingga pelaku maupun anggota organisasi bersikap arif terhadap berbagai permasalahan yang menghadang. Kita harusnya mempunyai tehnik pemecahan masalah (problem solving techiques). Adapun bentuk konkrit dari tehnik ini adalah berupa sikap komitmen organisasi.

Bentuk komitmen organisasi menjadi ruh dalam tubuh organisasi itu sendiri. Hal ini juga tentunya berlaku di dalam siklus perjalanan panjang IKAMARU. Tentang komitmen organisasi Porter mengatakan, "...mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi." (Mowday, dkk, 1982, hal. 27).

Kalaupun teamwork adalah bentuk idealnya sebuah organisasi, kita bisa mengatakan; komitmen organisasi berperan sebagai merge charge (pengisian ulang) terhadap kelangsungan organisasi. Bentuk komitmen organisasi tampak dalam tiga formulasi sebagai berikut; pertama, seorang pelaku ataupun anggota organisasi menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, pelaku dan anggota organisasi mempunyai kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi. Ketiga, pelaku dan anggota organisasi mempunyai keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi.

Sedangkan Richhard M. Steers (1985) memdefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya.

Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pelaku dan anggota organisasi sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya merasa lebih dari keanggotaan formal, kerana meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan dengan baik kepentingan organisasi demi tercapainya tujuan.

Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Sekarang, yang kita butuhkan adalah suatu metode untuk menumbuh kembangkan komitmen kita dalam berorganisasi. Adapun bentuk pengembangan ini bisa berupa; Pertama, Identifikasi. Di sini Preek (1998) menulis, "...pelaku dan anggota organisasi rela menyumbangkan sesuatu demi tercapainya tujuan organisasi. karena mereka menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenui kebutuhan pribadi mereka".

Kedua, keterlibatan. Di sini Sutarto (1989) menuliskan abstaksi dari faktor pendukung suburnya komitmen organisasi sebagai berikut; "...anggota organisasi merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi. Sedangkan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan."

Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran anggota organisasi yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula, (Steer, 1985). Sedangkan Beynon (dalam Marchington, 1986 hal. 61) mengatakan bahwa partisipasi akan meningkat apabila anggota organisasi menghadapi suatu situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama. Dan salah satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah kebutuhan serta kepentingan pribadi yang ingin dicapai oleh pelaku dan anggota organisasi.

Ketiga, loyalitas. Wignyo Soebroto (1987) menuliskan, "loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

Paparan di atas menunjukkan bahwa komitmen organisasi merupakan kunci pokok dari solidnya kerja kelompok (teamwork). Di dalam organisasi kita, IKAMARU sudah menerapkan teamwork sebagai syarat idealnya sebuah organisasi. Sekarang yang perlu kita benai bersama adalah bentuk dari komitmen organisasi pada pribadi masing-masing.

Komitmen anget-anget tai ayam, bahkan tanpa komitmen akan menggrogoti organisasi menuju penurunan hingga ketidak jelasan. Mari..! kita mulai dari diri kita, dari hal yang terkecil dan dari sekarang, siapa lagi pembagun IKAMARU? Kalau tidak kita. []


0 komentar:

Posting Komentar