Sebuah Pilihan

Hidup Adalah Pilihan
Nur Fadlan
Aku dilahirkan di kota paling bersejarah dalam perjalanan Islamic Jawa and Indonesian History. Demak namanya. Nama kota ini tersemat di mana-mana, mulai dari buku-buku yang diajarkan di bangku sekolah -Sejarah Umum dan Nasional Indonesia- sampai buku cetakan terbaru dan berskala internasional -The New Encyclopedia Britannica-. Maklum,.. mungkin karena daerah ini merupakan tempat kerajaan Islam pertama di Jawa. (Mampir ya kalau udah pulang ke Indo... mekso ni?)
Saat masih kecil, aku sangat sering mendengarkan cerita-cerita dari sang ayah tentang Mesir. Mungkin cerita-ceritanya bisa dianggap fiktif karena sang ayah belum pernah pergi ke Mesir sebelumnya, berbeda dengan Ustadah Aisyah yang dari kecil sudah berinteraksi di Negeri Purba itu. Pengemasan cerdas akan cerita membuatku jatuh cinta pada Mesir, seperti cinta pada pandangan pertama. (he... he... he...)
Salah satu kisah yang masih terbesit dalam dendrit-dendrit otak miniku adalah kisah tentang Sang Thales. Diceritakan dengan bahasa yang lugas bahwa Thales pernah datang ke Mesir untuk mendalami ilmu-ilmu Sains, seperti: Fisika, Astronomi, Matematika dan Geometri. Tahun 586 SM, Thales meramalkan bahwa di tahun 585 SM akan terjadi Gerhana Matahari. Di pertengahan tahun 585 SM fakta membenarkan hal itu. Peristiwa ini berhasil menghentikan peperangan antara bangsa Yunani dan Persia. Selanjutnya, karena kepandaiannya dan jasanya dalam menghentikan peperangan, Thales dipercaya untuk menjadi penguasa Delphi.
Dari cerita-cerita seperti di atas dan sejenisnya membuatku semakin berminat untuk belajar di negara klasik itu. Usia 6 tahun aku mulai mempelajari gramatikal Arabic walau pun nggak tahu maksudnya sama sekali, he he.... (bukan karena nggak paham tapi emang benar-benar nggak dong).
Bahkan dalam salah satu petualangan mimpiku, serasa aku pernah sampai di Mesir dan Babilonia. Waktu itu aku habis menonton film 'Lorong Waktu' oleh karena itu, masih tersisa di ambang otakku, sehingga sisa-sisa emajinasinya masih terbawa hingga sampai tidur dan mimpi.
Hingga akhirnya, di penghujung kelas III MA aku di hadapkan dua pilihan yang agak membingungkan, apakah melanjutkan di dalam atau luar negari? Waktu itu, aku masih culun sehingga dalam memahami filosofi 'Hidup Adalah Pilihan' belum begitu mengakar kuat. Singkat cerita aku memutuskan memasuki keduanya, he... he (ke Mesir belum jelas, waktu itu. Apa lagi aku dan 10 teman malang lainnya telat).
Saat panggilan datang dari Depag dimulailah babak baru. Babak ini memang benar-benar harus memilih antara mempertahankan kuliah di Indo atau berjumpa dan bersapa rindu lagi dengan teman-teman Azziadah (pertemuan romantis pertama di Klender Jakarta, tul nggak? Betul dong).
Setelah shering sama keluarga dan menimbang-nimbang akhirnya benang merah sementara memutuskan untuk meneruskan cita-cita waktu kecil, mencari Yuyu Rumpung di reruntuhan peninggalan kuno, Mesir dan Babilonia. Akupun berangkat ke Mesir dan meninggalkan keluarga, kawan, Indonesia dan panorama nan permai.
Harapan saya, mudah-mudahan di perjalananku masa depan, tidak dihadapkan pada sesuatu yang sangat membingungkan, Amien. Terutama saat menentukan sang belahan jiwa (mega planning tahu, he... he...).
0 komentar:
Posting Komentar